Ilustrasi/Antara
RIAU1.COM - Berdasarkan data Dinas Perhubungan (Dishub) Sumatera Barat (Sumbar) terdapat sebanyak 26 titik potensi kemacetan yang terdapat di Sumbar. Titik-titik kemacetan tersebut tersebar di delapan kabupaten/kota.
Yaitu, Padang Pariaman, Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Bukittinggi, Kabupaten Solok, Kota Solok, dan Limapuluh Kota.
Kepala Dishub Sumbar, Dedy Diantolani memaparkan penyebab atau permasalahan kemacetan di Sumatra Barat tersebut.
Penyebab pertama terang Dedy yaitu hambatan beberapa lokasi aktivitas yaitu objek wisata, kuliner, SPBU dan pasar. Serta adanya konflik di persimpangan.
Lokasi aktifitas objek wisata, kuliner, SPBU dan pasar itu terang Dedy terdapat di Pasar Lubuk Alung, Pasar Sicincin, Malibo Anai (kuliner), Lembah Anai (objek wisata), Pasar Koto Baru, Pasar Padang Luar.
Kemudian, SPBU Baso, SPBU Pasar Usang, SPBU Sicincin, SPBU Padang Panjang (Gantiang), Pasar Baso, Pasar Piladang, Objek Wisata Singkarak, Simpang Sumani dan lainnya.
Selanjutnya, konflik di persimpangan seperti, konflik crossing (konflik memotong/persilangan) menyebabkan terjadinya antrean panjang.
"Ini juga terjadi ketika kendaraan belok kanan menuju SPBU atau objek aktifitas lainnya sehingga menyebabkan terjadinya konflik crossing.
Penyebab kedua, terang Dedy, yaitu kendaraan tidak terdistribusi merata. Tidak meratanya distribusi kendaraan menyebabkan penumpukan kendaraan di beberapa ruas jalan antara lain Padang-Bukittinggi.
Selain itu, kata Dedy, penyebab kemacetan lainnya yaitu geometrik jalan dan rel kereta api tidak rata sehingga membuat terjadinya perlambatan pada perlintasan sebidang KA di Duku dan Pasar Usang.
"Kemudian, banyaknya kendaraan yang parkir di bahu jalan pada titik lokasi pasar. Seperti, Pasar Lubuk Alung, Pasar Sicincin dan Pasar Luar," papar dia.
Seterusnya penyebab kemacetan, ungkap Dedy, yaitu bottleneck akibat perbaikan jalan dan jembatan. Antara lain daerah Silungkang/Sawahlunto dan beberapa titik jalan terban di Malalak.*