ASF Menjangkit, Masyarakat yang Hobi Berburu Babi di Sumbar Dapat Himbauan BKSDA

ASF Menjangkit, Masyarakat yang Hobi Berburu Babi di Sumbar Dapat Himbauan BKSDA

10 Desember 2021
Ilustrasi (Foto:Liputan6.com)

Ilustrasi (Foto:Liputan6.com)

RIAU1.COM - Diduga Flu babi afrika atau african swine fever (ASF) menjadi penyebab kematian 50 ekor babi liar di Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar).

Seperti penjelasan Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)Sumbar, Ardi Andono, dugaan tersebut diperkuat oleh lokasi kejadian yang berada di kawasan hutan lindung yang terhubung dengan kawasan lindung Kabupaten Pasaman.

Sebagai informasi, kasus flu babi afrika juga pernah terjadi di Pasaman pada Desember 2019.

“Sehingga kemungkinan babi liar yang terinfeksi ASF menularkan atau menginfeksi babi liar yang ada di Palembayan, Agam,” kata dia, seperti dimuat Padangkita.com, Kamis (9/12).

Kemudian dia menerangkan, berdasarkan informasi yang dihimpun dari masyarakat, kematian babi liar di Agam sudah terjadi sejak satu atau dua bulan yang lalu. Kematian babi liar rata-rata tidak ditemukan secara serentak dalam waktu bersamaan, namun selang beberapa hari.

“Terdapat satu kasus ditemukan kematian serentak babi liar sebanyak 15 ekor dalam satu lokasi,” ujar dia.

Sementara untuk memastikan penyebab kematian babi liar itu, pihaknya pun melakukan investigasi dan verifikasi dengan bekerja sama instansi lainnya. Tim juga melakukan pengambilan sampel bangkai babi liar di dua lokasi kebun masyarakat Nagari Salareh Aia yang berjarak sekitar enam kilometer dari pemukiman.

Pengambilan sampel tersebut dilakukan oleh Balai Veteriner Bukittinggi untuk kemudian dibawa ke laboratorium guna pemeriksaan lebih lanjut terkait dugaan ASF.

“Sampel yang dapat diambil hanya berupa sisa-sisa tulang atau tengkorak babi liar karena diperkirakan kematian babi liar tersebut sudah terjadi sekitar satu bulan yang lalu. Selain itu, juga diambil sampel berupa air kubangan disekitar lokasi kematian babi liar guna mendukung dugaan ASF pada babi liar,” ungkap Ardi.

BKSDA Sumbar, sambung dia, bersama-sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Agam dan Puskeswan Palembayan akan aktif mengimbau dan menyosialisasikan kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap penemuan babi liar mati dengan segera melapor jika ditemukan.
 
Hal ini agar pengambilan sampel bisa segera dilakukan dan petugas pun bisa segera melakukan penanganan bangkai untuk mencegah penyebaran ASF pada babi liar.

Pihaknya juga mengimbau warga agar tidak melakukan tradisi berburu babi di daerah itu. Selain untuk mencegah penyebaran ASF, juga untuk menghindari turunnya harimau ke pemukiman penduduk karena berkurangnya pakan mereka.

“Tim akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan PORBI agar tidak melakukan kegiatannya pada lokasi ditemukannya kematian babi liar di Kecamatan Pelambayan untuk mencegah penyebaran ASF,” tutur Ardi.*