Festival Mentari Besok Dimulai, ada Ibu Kedua, Aksara Jengala dan Darah Daging

Festival Mentari Besok Dimulai, ada Ibu Kedua, Aksara Jengala dan Darah Daging

5 April 2021
Ketua panitia

Ketua panitia

RIAU1.COM - Kreasi koreografer muda Minang Kabau yang yang diberi nama Festival Mentari, besok Selasa (6/4) sekitar pukul 10.00 WIB, akan dibuka di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) di Padang.
 
Festival Mentari yang ditaja oleh Serikat Koreografer Cinta Indonesia (Sekoci) ini akan dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Gemala Ranti dan dilanjutkan dengan penampilan salah satu karya peserta.

Adapun karya peserta yang akan ditampilkan di Taman Budaya tersebut adalah Siklus Minus yang merupakan garapan koreografer muda Ipraganis.

Usai kegiatan pembukaan akan dilanjutkan dengan penampilan peserta di Teater Tertutup, Mursal Esten, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Padang (UNP) di Kawasan Air Tawar dari tanggal 6 sampai tanggal 8 April 2021.

Penampilan peserta di FBS UNP direncanakan akan dimulai pukul 14.00 WIB, dan akan menampilan tiga koreografer muda.
Dari daftar penampilan peserta festival yang dirilis panitia, pada hari pertama, Selasa (6/4) koreografer yang akan tampil adalah Denny Maiyosta, Hendri, dan Marya Danche. 

Ketiga koreografer muda ini akan mengusung tema yang yang berbeda dan tentu dengan konseop penggarapan yang berbedapa pula.
Koreografer denny Maiyosta akan mengusung karya berjudul Aksara Jenggala, yang berkisah tentang keserakahan manusia dalam menrksploitasi hutan tanpa diimbangi dengan penanaman kembali.

Akibatnya hutan akan kehilangan fungsinya dan bumi akan semakin panas dan tidak akan seimbang lagi, dan manusia tidak bisa mendapatkan kebutuhan.

Denny Maiyosta juga menggambarkan, pda gilirannya, semua akan tiba pada waktunya, ketika rimba raya melakukan unjuk-rasa atas kerusakan yang terkendali ini dengan cara mereka sendiri, dengan cara yang tidak terduga serta bahasa yang juga tidak dapat dipahami. 

Penampilan kedua adalah koreografer Hendri yang akan menampilkan karya berjudul Darah Daging, karya ini menceritakan ketika orang begitu mengagungkan percepatan yang menyebabkan mereka menjadi hilang kendali, bahkan kehidupan cenderung berujung berantakan. 

Dalam kondisi itulah, kelambatan justru dibutuhkan, dan tidak bisa lagi dilengahkan dan dianggap sebagai ketidakbergunaan karena kelambatan membawa banyak sisi yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan, sekaligus menjadi ajang introspeksi diri.  

Festival Mentari pada hari pertama ini akan ditutup oleh koreografer Maria Danche yang akan membentangkan karya berjudul Ibu Kedua, yang berkisah tentang manusia tak akan pernah bisa lepas dari kehadiran seorang ibu. Dalam karya ini Maria mengungkap peran seorang ibu dari mulai melahirkan sampai tercitanya peradaban yang tidak luput dari peran sorang ibu namun selain ibu yang melahirkan, manusia juga punya ibu-ibu yang lain yang mengasihi dengan tulus.

Loading...

Ada banyak perempuan yang telah menjadi ibu bagi anak-anak tertentu yang telah kehilangan ibu kandungnya, seperti Mande Rubiah yang memilih menjadi ibu kedua bagi seorang anak lelaki yang bernama Tupai Janjang, dan selama masih ada perempuan, umat manusia tak akan pernah benar-benar kehilangan berkah ibu. 

Pada hari kedua Rabu (7/4) Festival Mentari akan menghadirkan empat koreografer muda yakni Ipraganis, Muthia Rianti, Syafrizal, dan Syafrini.

Festival Mentari yang ditaja oleh  Sekoci ini  berbeda dengan festival tari umumnya, pada festival ini koreografer dimbimbing oleh mentor terutama pada lima  aspek utama yang jadi perhatian untuk koreografer muda, yaitu koreografi, gagasan karya, musik tari, dramaturg, dan artistik.

Untuk materi koreografi difasilitasi Hartati (koreografer), gagasan karya oleh Heru Joni Putra (sastrawan), musik tari oleh Taufik Adam, seorang komposer, dramaturg tari oleh Adinda Luthvianti (sutradara), dan artistik oleh Hanafi (perupa).

Adapun 10 koreografer muda Sumatra Barat yang ikut dalam panggung Festival MenTari, ialah Denny Maiyosta, Ipraganis, Marya Dance, Afrizal, Nurima Sari, Muthia Rianti, Hendri, Yesriva Nursyam, Safrini, dan David Putra Yudha
Pemilihan tema “Belakang Layar” ini bertujuan memberi pengetahuan kepada koreografer betapa pentingnya proses penciptaan sebelum koreografer berhadapan dengan penari saat prose latihan. 

Selain itu tema ini juga menekankan pentingnya membangun kerja-kerja; antardisiplin, pengalaman manajerial sebuah produksi pertunjukan, membentuk jaringan serta membangun masyarakat penonton (khazminang).