Jalur Dharmasraya ke Rengat Diusulkan Pembuatan Tol Kedua di Sumbar

Jalur Dharmasraya ke Rengat Diusulkan Pembuatan Tol Kedua di Sumbar

20 Oktober 2020
ilustrasi

ilustrasi

RIAU1.COM -PADANG- Pemerintah Provinsi Riau dan Sumbar saat ini sedang mengusulkan feeder tol kedua di Sumatra Barat, yakni koridor antara Dharmasraya dan Rengat Inhu Riau. Bila koridor antara Dharmasraya dan Rengat resmi disetujui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), jalur ini akan jadi feeder tol kedua di Sumatra Barat (Sumbar) selain jalur Padang-Pekanbaru yang sudah resmi masuk rencana pemerintah.

Usulan jalur ini menjadi feeder tol makin mengemuka setelah tim pemerintah pusat dan daerah turun survei pada Selasa (13/10/2020) lalu. Ikut dalam survei itu Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN), dinas pekerjaan umum dari Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuantan Singingi, Riau dan Pemkab Dharmasraya, Sumbar.

“Selasa (20/10/2020) minggu ini, kami akan kembali survei bersama Pemkab Indragiri Hulu,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Dharmasraya Junaedi Yunus, Sabtu (17/10/2020).

Dalam survei pertama, tim pemerintah merekomendasikan kepada Kementerian PUPR, agar jalur tersebut langsung menjadi feeder tol, atau tol penghubung ke Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) di Riau. “Pintu tol langsung di Dharmasraya dan sampai ke Rengat berupa jalan tol,” ujar Junaedi.

Sebelumnya, sempat ada alternatif usulan untuk meningkatkan status jalan saat ini yang setengahnya masih jalan tanah menjadi jalan nasional. Tapi, tim menilai pilihan ini lebih sulit karena terbatasnya dana APBN. Alternatif langsung dijadikan feeder tol, malah dinilai lebih memungkinkan.

Junaedi mengatakan, bila tol ini terealisasi, maka status jalur tersebut akan sama dengan jalur Padang-Pekanbaru. Sama-sama feeder tol, tapi lebih pendek. Berbeda dengan jalur Padang Pekanbaru yang lebih panjang dan terdiri dari beberapa koridor. Dengan jalur saat ini, jarak antara Dharmasraya dan Belilas, Indragiri Hulu yang dituju sekitar 116 kilometer. “Bila dibuat lurus, bisa sekitar 80 kilometer,” ujarnya.
 
Karena diusulkan jadi tol, menurutnya, maka akan ada perhitungan nilai ekonomi jalur tersebut. Jalur ini dinilai berpotensi secara ekonomi. “Ini untuk melayani kawasan selatan Sumatra Barat dan Riau serta kawasan utara Jambi. Ini kan kira-kira di tengah Pulau Sumatra. Akan melayani kawasan sekitar kita yang terisolasi. Mereka punya produktivitas yang sangat tinggi dengan produk pertanian dan perkebunan,” tuturnya.

Selain Kabupaten Indragiri Hulu dan Kuantan Singigi di Riau dan Dharmasraya di Sumbar yang dilalui jalur, menurutnya, akan memudahkan akses Sungai Penuh dan Kerinci di Jambi serta Solok Selatan di Sumbar. Kerinci dan Solok Selatan, menurutnya, penghasil produk pertanian dan sayur-sayuran. Sementara, Dharmasraya menghasilkan padi, coklat dan sawit.
 

Loading...

Solok Selatan-Dharmasraya, menurutnya, hanya berjarak 60 kilometer. Kerinci ke Solok Selatan juga relatif dekat karena bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam. Tak hanya hanya itu, menurut, juga akan tetap menghidupkan jalur lintas tengah Sumatra dari Dharmasraya, Sijunjung hingga ke Solok. Termasuk Muaro Bungo di Jambi.

Junaedi mengatakan, feeder tol ini tak akan kalah dengan feeder tol lain yang sedang dikerjakan. Seperti jalur Palembang-Lubuk Linggau-Bengkulu. “Saya optimis, wilayah ini tak kalah dengan kawasan tersebut,” tuturnya, berpromosi.

Kementerian PUPR, menurutnya, meminta Dharmasraya/Sumbar dan Riau membuat pra fisibility study secara terintegrasi. Hal ini sebagai dasar teknis untuk pengusulan ke kementerian PUPR.(Langgam.id)