Waspadai Flu Babi, Pemkab Mentawai Semprotkan Disinfektan

Waspadai Flu Babi, Pemkab Mentawai Semprotkan Disinfektan

13 Juli 2020
flu babi G4/net

flu babi G4/net

RIAU1.COM -MENTAWAI- Pandemi corona yang masih marak di dunia, kini ancaman lain juga mengancam. Kementerian Kesehatan meminta daerah mewaspadai wabah flu babi jenis baru yaitu genotype 4 (G4) yang sudah beredar pada populasi babi di China. Bahkan, virus ini juga berpotensi menjadi pandemi.

Menyikapi virus babi jenis G4 tersebut, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah mengambil langkah-langkah antisipasi. Hal ini mengingat populasi babi di daerah itu cukup banyak.

Bahkan, babi menjadi salah satu penopang sektor perekonomian masyarakat di bumi sikerei. Secara keseluruhan, populasi babi di Kepulauan Mentawai saat ini mencapai sekitar 48 ribu ekor.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai, Hatisama Hura mengakui, wabah virus babi G4 belum terdeteksi pada hewan babi di Mentawai. Akan tetapi, virus African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika sempat merebak beberapa bulan lalu.

“Di Mentawai bulan Januari sudah terserang flu Demam Babi Afrika dan sekitar 7.500 ekor babi mati. Jadi, bersama-sama provinsi untuk penanganan telah menyemprotkan disinfektan kandang-kandang babi masyarakat,” ujar Hatisama dihubungi langgam.id, Minggu (12/7/2030).

Begitu juga dalam kondisi ancaman virus jenis baru, Hatisama mengklaim pihaknya selalu melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan babi milik masyarakat. Juga selalu intensif melakukan kegiatan penyemprotan disinfektan.

“Sementara kita juga tidak bisa masukan ternak dari luar, terdampak kan di Pulau Sipora (virus ASF), nah Sikakap dan Siberut belum. Makanya babi dari Sipora tidak boleh dikirim ke Siberut maupun Sipora,” katanya.

Bagi masyarakat Mentawai, kata Hatisama, babi sangat banyak dimanfaatkan seperti kebutuhan dalam acara syukuran. Apabila terserang wabah virus, tentunya sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat.

“Tapi virus jenis baru ini belum serang babi di Mentawai. Ini tentu nantinya berdampak sangat kepada ekonomi masyarakat. Ya, masyarakat dominan banyak ternak babi,” jelasnya.

“Kami sudah melindungi ternak babi masyarakat dengan penyemprotan. Wilayah yang sebelumnya tidak tidak terdampak virus ASF, kami tetap memberikan desinfektan bekerja sama dengan provinsi,” sambung Hatisama.

secara umum, babi di Kepulauan Mentawai termasuk kategori unggul sehingga tidak dikirim ke luar daerah. Kebanyakan, varietas babi dari Kepulauan Nias.

“Karena kecil-kecil, jadi jumlah daging yang dihasilkan dalam satu ekor masih kecil, palingan 70 kilogram. Varietas lain, bisa ratusan kilogram. Paling banyak variatif dari Kepulauan Nias, ada putih dan belang-belang,” tuturnya. (Langgam.id)