Satu Jam Zikir Hanyut di Sungai Siak, Kegiatan Ghatib Beghanyut Berlangsung Khidmat

23 Oktober 2019
Ratusan peserta Ghatib Beghanyut di Sungai Siak

Ratusan peserta Ghatib Beghanyut di Sungai Siak

RIAU1.COM - Kekayaan budaya dan tradisi keislaman sejak masa Kesultanan Siak masih terjaga dengan baik. Salah satunya tradisi Ghatib Beghanyut, ritual tolak bala yang dilakukan masyarakat Siak secara turun temurun.

Pada Rabu 23 Oktober 2019 malam, ratusan warga Siak memakai pakaian putih-putih, usai shalat Isya, mereka berkumpul di pelabuhan LLASDP yang berada di jantung Kota Siak Sri Indrapura.

Sebelum memulai ritual, panitia yang dikoordinir Pemerintah Kabupaten Siak menyiapkan makan malam bagi semua yang datang. Usai makan, dibukalah acara selayaknya kegiatan pemerintah.

Tidak lama mendengarkan kata sambutan, seluruh jemaah langsung menuju ke sebuah kapal penyebrangan yang telah bersandar di dermaga pelabuhan beserta belasan sampan dan perahu motor.

Di atas kapal penyebrangan itu, tampak sudah terbentang karpet permadani beserta makanan ringan dan air mineral.

Dipimpin Dr Syekh H Hasan Haitami, dari Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), dan didampingi pemuka agama dari Siak, Seluruh jemaah tampak telah bersiap. Kala kapal bertolak, suara azan langsung dikumandangkan seorang muazin. Tanda kapal sudah hanyut mengikuti arus sungai Siak.

Kapal hanyut ke arah Pelabuhan Belantik. Doa-doa dan zikir mulai digelar. Jemaah tampak khusuk bermohon kepada Yang Maha Kuasa. Kalimat-kalimat tauhid mulai mendominasi. Kalimat tahlil bergema, diucapkan jemaah sekeras yang ia bisa tanpa mengetahui kapal itu sedang berada di koordinat berapa.

Kalimat tahlil juga menggema dari kapal-kapal kecil yang berada di belakang kapal yang penyebrangan utama. Semakin keras kalimat tahlil menggema, semakin jauh kapal hanyut.

Sepanjang kapal hanyut, para pezikir begitu khusyuk. Ada yang menadahkan tangan tinggi-tinggi kala pemimpin jemaah memanjatkan doa. Ada pula yang menggelengkan kepala dengan kencang kala kalimat tahlil diucapkan. Semuanya tampak larut dengan seluruh pengharapan kepada Allah.

Tidak heran pula, ada yang bertahlil sampai keluar air matanya dan menangis tersedu kala memanjatkan doa. Betapa mengharukannya ritual tolak bala warga Siak Sri Indrapura ini.

Setelah lebih satu jam berhanyut, kapal berhenti di sebuah tepian. Tepatnya di Pelabuhan Belantik, masih dalam kawasan Kecamatan Siak.

Meski telah disiapkan ratusan obor oleh panitia, peserta banyak yang memilih kembali ke pelabuhan LLASDP menggunakan bus, dan kemudian pulang ke rumah masing-masing.

Selama lebih satu jam kapal hanyut, sudah banyak doa yang dimohonkan, sudah panjang tahlil yang diucapkan.

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Siak, Wan Said mengatakan, sejarah Ghatib Beghanyut berawal dari adanya wabah bencana di Siak pada zaman dulu. Seperti adanya harimau mengamuk di darat, buaya mengganas di sungai, serta musim orang-orang penganut ilmu hitam (santet), dan banyaknya penyakit yang diderita masyarakat.

Dimaksudkan untuk mengusir segala bala bencana itu, pihak kesultanan menggelar zikir, doa, dan tahlil di atas kapal sambil mengikuti arah arus sungai Siak. Ritual ini dilakukan hampir setiap tahun.

"Dahulu, ritual seperti ini juga terus dilakukan. Waktu itu, ada isu yang membuat masyarakat ketakutan. Maka, para tetua menggelar Ghatib Beghanyut, dengan tujuan memohon kepada Allah, agar dijauhkan dari segala bencana," kata ungkapnya.

Ghatib Beghanyut merupakan tradisi yang sudah menjadi kebudayaan masyarakat Siak yang kental dengan keislaman. Ghatib Beghanyut itu tidak sekadar ritual keagamaan untuk hari ini. Melainkan telah dilestarikan dan digelar setiap tahunnya di Negeri Istana Matahi dari Timur.