Kerbau yang terdampak penyakit ngorok
RIAU1.COM - Sebagai upaya mengantisipasi penyebaran penyakit ngorok pada ternak yang sudah terjadi di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Riau bersama Pemkab Rohul melakukan investigasi penyebab penularan kasus tersebut.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, Faralinda Sari mengatakan, hingga saat ini, jumlah hewan ternak yang terpapar di Rohul sebanyak 340 ekor, 88 diantaranya dipotong paksa dan 26 ekor mati.
Saat ini pihaknya sudah melakukan investigasi kelokasi yang ditemukan ternak terpapar penyakit ngorok yakni di Kecamatan Rambah dan Bangun Purba, Kabupaten Rohul.
"Tim sudah kelokasi untuk melakukan investigasi, hasilnya didapat beberapa kesimpulan yang diduga menjadi penyebab penyebaran penyakit ngorok di Rohul," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, dari hasil investigasi tersebut, berdasarkan pengakuan para peternak mereka tidak ada memasukkan ternak baru dari daerah terpapar. Karena itu, pihaknya menduga penyebaran penyakit ngorok bisa akibat adanya pergerakan manusia dari daerah terpapar.
"Bisa saja virus tersebut dibawa oleh orang yang datang ke Rohul, seperti kendaraan mereka menginjak virus kemudian terbawa hingga ke Rohul. Karena daerah di Rohul yang terpapar itu merupakan daerah wisata, dan arus lalulintas orangnya cukup tinggi," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, masyarakat yang ada di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) digegerkan dengan ditemukannya adanya hewan ternak jenis kerbau yang mati mendadak. Ratusan kerbau tersebut mati diduga karena terserang penyakit ngorok atau Sepricaemia Epizootica (SE).
"Kami baru dapat laporan hewan ternak mati di Rohul. Penyebabnya sama dengan yang di Kabupaten Kampar, kena SE atau sapi ngorok," demikian Faralinda.*