Permainan Tradisional Anak yang Hampir Punah Kembali Diperkenalkan di Riau

15 Desember 2022
Peserta permainan tradisional anak

Peserta permainan tradisional anak

RIAU1.COM - Lembaga Perlindungan Anak (LPAI) Riau gelar Gerakan Permainan Tradisional Anak (Germatra) Riau di taman rekreasi alam mayang, Pekanbaru awal pekan ini.

Acara ini diikuti lebih dari 100 anak. Mulai dari Yayasan Rumah Bintang, SMP Santo Yosef, perguruan taekwondo alam mayang, dan perguruan silat Lintau dari pondok pesantren global ikhwan.

Gubernur Riau yang diwakili oleh Asisten 1 Setdaprov Riau, Masrul Kasmy menjelaskan globalisasi memberikan dampak yang signifikan, dan memberikan dampak positif dan negatif terhadap generasi muda. Saat ini permainan tradisional sudah mulai tertinggal dikarenakan kalah saing oleh gadget.

"Maka dari itu, kita perlu memperkenalkan serta menggalakkan kembali permainan tradisional kepada anak," ucapnya.

Dijelaskan dia, permainan tradisional merupakan salah satu warisan bangsa Indonesia, dalam permainan tradisional tersebut terdapat ciri khas, pesan, serta nilai kearifan lokal dari setiap daerah yang ada di Indonesia.

Menindaklanjuti hal tersebut dia mengimbau kepada unsur pemerintah, dunia usaha, lembaga kemasyarakatan, dunia pendidikan dan media massa untuk menjadi leading sector dalam melakukan kerja-kerja aktif yang berimplikasi langsung terhadap tumbuh kembang anak. Dengan melakukan upaya pemenuhan hak dan perlingdungan khusus anak di sektor masing-masing.

Untuk itu, disampaikan Masrul, bahwa Gubernur Riau menyambut baik atas dilaksanakannya kegiatan ini. Ia juga berharap melalui Germatra dapat mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak Indonesia, khususnya Riau.

"Peran kita semua sangat dibutuhkan dalam memberikan sumbangsih untuk melaksanakan kegiatan perlindungan anak dan pemenuhan hak anak di Riau, demi tumbuh kembang anak secara wajar," katanya.

Ketua pelaksana Germatra, Ira menjelaskan, saat ini anak-anak cenderung mencari hiburan melalui gawai ketimbang bermain langsung bersama kelompok teman temannya. Hal negatif dari fenomena ini adalah kurang tajamnya kemampuan anak untuk bersosial juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Juga dapat merusak otak anak karena radiasi yang ditimbulkan.

"Oleh karenanya, acara ini bertujuan menghidupkan kembali permainan daerah yang sudah hampir punah, seperti estatak, cakbur, balap karung dan lainnya, juga sebagai wadah yang bisa meminimalisir efek negatif dari penggunaan gadget," jelas Ira.*