Wagubri Edy Natar
RIAU1.COM - Prevalensi stunting di Provinsi Riau berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 adalah 17 persen sehingga lebih baik dari tahun 2021 yaitu sebesar 22,3 persen atau turun 5,3 persen.
Atas capaian tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Menko PMK) Muhadjir Effendy memberi apresiasi atas kerja keras Pemerintah Provinsi Riau dalam penanganan Stunting.
"Penurunannya cukup drastis karena mencapai 17 persen dari 22,3 persen," kata Muhadjir Effendy saat roadshow percepatan penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem Kabupaten/Kota di Provinsi Riau secara virtual, Kamis (9/3).
"Sekarang posisinya 17 persen, untuk itu saya mengucapkan terima kasih karena ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa sebab Provinsi Riau di bawah angka nasional yang berada di angka 21,6 persen," sambung dia.
Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Agus Suprapto juga mengucapkan selamat kepada provinsi Riau.
"Percepatan penurunan stunting di Riau yang sangat luar biasa," katanya.
Senada dengan itu, Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar Nasution menjelaskan bahwa Kabupaten/Kota di Provinsi Riau tahun 2022 juga terdapat 5 daerah dengan prevalensi stunting lebih tinggi dari rata-rata provinsi.
"Adapun daerahnya yaitu kabupaten Indragiri Hilir 28,5 persen, Kabupaten Rokan Hulu 22 persen, Kabupaten Siak 22 persen, Kabupaten Kuantan Singingi 17,8 persen, dan Kabupaten Kepulauan Meranti 17,5 persen," kata Edy Nasution.
Dibandingkan dengan prevalensi stunting Kabupaten/Kota tahun 2021, terdapat 9 daerah di Riau yang mengalami penurunan prevalensi stunting.
"Penurunan terbesar terdapat di Kabupaten Rokan Hilir 15 persen, dan Bengkalis 13,5 persen, sedangkan yang mengalami kenaikan prevalensi stunting yaitu Siak, Indragiri Hilir, dan Kota Pekanbaru," papar dia.*