Senior Petroleum Engineer PHR yang juga Kepala Proyek Venus Afrilia Elisa memegang wadah kaca yang berisi minyak mentah hasil pengeboran di sumut tua Minas pada 8 Agustus 2024. Foto: Surya/Riau1.
RIAU1.COM -Pada masa lalu, manusia telah menemukan minyak bumi. Namun, minyak bumi yang masih alami ini hanya digunakan untuk penerangan dan pengobatan.
Minyak bumi diekstraksi oleh seorang mantan kondektur kereta api Edwin L Drake di Titusville, Pennsylvania, Amerika Serikat secara komersial pada tahun 1859. Teknik pengeboran yang mirip dengan pengeboran sumur air diterapkan Drake saat bekerja untuk Seneca Oil Company di Pennsylvania. Keberhasilan Edwin Drake ini menandai dimulainya industri minyak bumi modern di seluruh dunia.
Keberhasilan Drake ini diikuti oleh John D Rockefeller, pendiri Standard Oil Company pada tahun 1870. Sejak saat itu, Standard Oli menjadi perusahaan minyak terbesar di Amerika Serikat.
Di masa penjajahan Belanda, daratan Riau diketahui memiliki kandungan minyak bumi. Perusahaan Belanda yaitu Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), yang merupakan bagian dari Royal Dutch Shell, melakukan pengeboran di wilayah Riau sekitar akhir abad ke-19.
BPM semakin serius melakukan eksplorasi di Riau. Hasilnya, ladang minyak terbesar ditemukan di wilayah Minas dan Duri oleh BPM pada 1941. Minyak mentah Minas diketahui berkualitas tinggi.
Setelah Indonesia menyatakan merdeka dari penjajahan Jepang pada 17 Agustus 1945, aset-aset milik perusahaan asing dinasionalisasikan, termasuk BPM, pada 1957. Berbeda di Riau, perusahaan asing menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia mengelola minyak bumi.
Perusahaan asing itu adalah California Texas Oil Company (Caltex). Sebenarnya, Caltex telah melakukan eksplorasi minyak bumi di Minas dan Duri sejak 1941.
Pada 2001, Caltex diakuisisi oleh Chevron. Chevron melalui anak perusahaannya, Chevron Pacific Indonesia (CPI) mengelola ladang minyak di Minas dan Duri sejak saat itu.
Masa Alih Kelola
Masa kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan CPI berakhir pada 9 Agustus 2021. Pengelolaan Blok Rokan diserahkan kepada Pertamina.
"Pertamina mendapatkan amanah dari Pemerintah Indonesia untuk mengelola Wilayah Kerja (WK) Rokan sejak 9 Agustus 2021. Pertamina menugaskan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk melakukan proses alih kelola dari operator sebelumnya," kata Manager Corporate Communications PHR Sonitha Poernomo, Jumat (23/8/2024).
PT PHR merupakan salah satu anak perusahaan Pertamina yang bergerak dalam bidang usaha hulu minyak dan gas bumi di bawah Subholding Upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE). PHR berdiri sejak 20 Desember 2018. PHR melanjutkan pengelolaan WK Rokan selama 20 tahun, mulai 9 Agustus 2021 hingga 8 Agustus 2041.
Daerah operasi WK Rokan seluas 6.200 kilometer persegi yang berada di tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Riau. WK Rokan memiliki 80 lapangan aktif dengan 11.300 sumur dan 35 stasiun pengumpul (gathering stations).
"WK Rokan memproduksi seperempat minyak mentah nasional atau sepertiga produksi Pertamina. Selain memproduksi minyak dan gas bagi negara, kami juga mengelola program tanggung jawab sosial dengan fokus di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi masyarakat, dan lingkungan," jelas Sonitha.
Metode Pencarian Minyak
Sejak mengelola WK Rokan di Riau, para petinggi PHR bekerja cepat memproduksi minyak mentah. Berbagai ahli hingga insinyur perminyakan didatangkan untuk mengeksplor dan mengevaluasi sumur-sumur minyak lama di WK Rokan.
Salah seorang ahli itu adalah Azarico Putra. Ia merupakan Earth Scientist. Bidang keahlian Azarico ini terkait ilmu-ilmu geologi dan geofisika.
Azarico dalam Presentasi Technology di Merak Office PHR, Minas, Kamis (8/8/2024), mengatakan, umur fosil dinosaurus berusia sekitar 200 juta tahun. Sedangkan minyak dan gas bumi telah terbentuk 300 tahun lalu.
Minyak dan gas bumi itu terletak di bagian-bagian lautan atau wilayah-wilayah transisi. Minyak dan gas bumi ini terbentuk dari mikroorganisme.
Mikroorganisme yang sudah mati ini tertimbun terus menerus dalam skala antara 300-400 juta tahun. Mikroorganisme yang telah mati ini dimasak oleh tekanan panas yang tinggi di dalam bumi.
Mikroorganisme ini adalah plankton alga. Plankton ini terdapat di daerah rawa, danau, atau lautan.
Perusahaan-perusahaan mencari minyak bumi dengan berbagai metode. Surface Merthod dilakukan pada tahun 1800-an. Surface Method merupakan pemetaan geologi permukaan regional dengan objek berupa singkapan batuan seperti jenis batuan (petralogi), susunan batuan (stratigrafi), dan struktur geologi untuk menafsirkan kondisi bawah permukaan yang mungkin mengandung minyak dan gas bumi.
Kedua, Subsurface Method. Metode pencarian minyak bumi ini diterapkan sejak tahun 1900-an.
Metode ini menggunakan pengukuran khusus yang memanfaatkan gelombang seismik. Gelombang seismik dipancarkan untuk menafsirkan kondisi di bawah permukaan bumi.
Laboratorium Method dilakukan sejak tahun 1950-an. Metode ini menggunakan parameter kimia fisika batuan untuk mendapatkan informasi migrasi minyak dari bebatuan induk ke reservoir (suatu formasi geologi di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan minyak bumi serta gas alam).
Metode-metode tersebut digunakan ahli geologi dan geofisika untuk membangun sistesis petroleum system. Petroleum system adalah perkiraan posisi minyak dan gas bumi beserta jumlahnya.
Tahapan selanjutnya adalah memproduksi minyak bumi. Ada tiga metode memproduksi minyak bumi.
Pertama, metode primary oil production recovery. Tahapan ini merupakan cara memproduksikan sumur secara alamiah dengan tekanan reservoir (tempat terperangkapnya cadangan minyak) yang ada menggunakan pompa (pompa angguk maupun pompa submermisible) atau dengan gas lift (gas dimasukkan ke dalam sumur untuk membantu mendorong minyak ke atas).
Kedua, metode enhanced oil recovery (EOR) atau peningkatan perolehan minyak. Metode ini memberikan solusi pengurasan terhadap minyak yang masih ada di dalam reservoir dan tidak dapat diambil saat produksi primer. Umumnya, metode EOR ini menggunakan media injeksi air.
Ketiga, metode steam injection atau injeksi uap air panas. Metode ini akan memberikan solusi pengurasan terhadap minyak yang masih ada di dalam reservoir. Metode ini digunakan jika minyak tak dapat diambil saat produksi premier dan sekunder.
Inovasi Venus
Pada kesempatan yang sama, Senior Petroleum Engineer PHR yang juga Kepala Proyek Venus Afrilia Elisa memaparkan, inovasi Venus ini merupakan proyek kolaborasi. Proyek kolaborasi dari berbagai cross functional team (kelompok kerja dari berbagai bidang keahlian yang berbeda) di WK Rokan. Pertamina ingin menuju world class national energy company atau perusahaan energi nasional terbaik di dunia.
Salah satu upaya mewujudkan hal itu adalah dengan teknologi capability atau keandalan teknologi untuk mendukung peningkatan produksi. PHR WK Rokan menjawab tantangan tersebut.
"Kami menciptakan terobosan inovasi Venus. Inovasi ini berbasis Advance Reservoir Management (RM) yang dikombinasikan dengan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan," ungkap Lisa, sapaan akrabnya.
Jadi, inovasi Venus ini adalah penggabungan antara kepintaran manusia yang ditransfer ke mesin. Supaya, gabungan kepintaran manusia itu dikerjakan itu lebih cepat dan otomatis oleh AI.
Inovasi Venus itu sudah dikembangkan untuk semua sumur minyak, baik yang sudah mati atau masih aktif. Rekomendasi untuk pengeboran sumur minyak juga lebih baik dengan inovasi Venus ini. Formula perhitungan untuk pengeboran sumur sudah lebih baik.
"Jadi, kami bisa mendapatkan estimasi oil (perkiraan jumlah minyak bumi)," ucap Lisa.
Inovasi Venus ini dibuat atas munculnya berbagai permasalahan pada program kerja tim optimisasi. Tim optimisasi ini melakukan evaluasi dan meningkatkan produksi pada sumur-sumur yang sudah ada.
Sumur-sumur lama itu dioptimisasi untuk dicari minyaknya. Dalam proses optimisasi sumur minyak lama, ternyata banyak masalah.
Apalagi, WK Rokan memiliki 6.000 sumur aktif. Khusus wilayah Minas, ada sekitar 1.500 sumur aktif.
Prinsip kerja inovasi Venus yaitu memilah dan melakukan evaluasi sumur berbasis reservoir manajemen secara menyeluruh dan serentak di lapangan Minas maupun lapangan lainnya. Dalam prosesnya, banyak algoritma yang digunakan pada teknologi AI.
Soalnya, satu sumur minyak memiliki puluhan data. AI pada Venus memproses data statik maupun dinamik, data subsurface maupun surface secara langsung dan berkelanjutan.
"Sehingga, kami mendapatkan rekomendasi yang bagus," sebut Lisa.
Inovasi Venus ini akan sangat bagus bila diterapkan di lapangan minyak yang besar. Karena, informasi yang diperoleh lebih banyak. Sehingga, proses evaluasi sumur menjadi jauh lebih baik, lebih cepat, efektif, dan efisien.
Inovasi Venus ini bisa mendeteksi jenis batuan yang ada minyak bumi. Inovasi Venus juga bisa mendeteksi batas antara air dan minyak. Inovasi Venus bisa memperkirakan kedalaman sumur beserta perkiraan cadangan minyak yang tersedia.
Berdasarkan hasil evaluasi sumur, para insinyur PHR bisa membuat keputusan mengenai eksekusi sumur yang dianggap prioritas dengan jumlah minyak paling besar. Tujuan evaluasi sumur adalah untuk meningkatkan produksi.
Hasil deteksi dan evaluasi inovasi Venus ini ditampilkan dalam sebuah website (situs) yang ada di intranet Pertamina. Website ini merupakan platform terpadu yang terintegrasi dan mudah diakses oleh para ahli dan insinyur perminyakan.
Website ini dilengkapi dengan berbagai fitur untuk membantu dalam identifikasi dan evaluasi. Inovasi Venus ini sudah terbukti berhasil menahan decline rate (laju penurunan produksi minyak) dari 11 persen menjadi 4 persen sejak masa alih kelola.
Sebagaimana diketahui, lapangan minyak Minas merupakan lapangan waterflood (sumur minyak dengan metode injeksi air) tua yang terbesar di Asia Tenggara. Lapangan minyak Minas sudah berusia sekitar 70 tahun.
"Kami berhasil meningkatkan oil gain (produksi minyak) dua kali lipat di tiap sumur. Rasio kesuksesan juga meningkat dari 44 persen menjadi 78 persen. Kami juga bisa mempercepat proses evaluasi sepuluh ribu kali lebih cepat dibanding metode manual," ungkap Lisa.
Sebelumnya, proses evaluasi secara manual hanya bisa dilakukan pada empat sumur setiap hari. Dengan inovasi Venus, hasil rekomendasi 1.500 sumur sudah ada seluruhnya. Inovasi Venus akan memberikan informasi jika ada rekomendasi baru.
Inovasi Venus sudah diterapkan untuk proses evaluasi semua sumur di lapangan Minas (wilayah Selatan). Saat ini, inovasi Venus dalam proses pengembangan di seluruh lapangan WK Rokan (termasuk wilayah Utara).
Replikasi inovasi Venus berpotensi digunakan di lingkungan Pertamina Sub Holding Upstream dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain di Indonesia serta industri migas di luar negeri. PHR juga sudah presentasi di hadapan KKKS lainnya yang difasilitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk berbagi pengetahuan inovasi yang kami lakukan ini. Supaya, Venus menjadi role model (rujukan) bagi KKKS lain untuk bisa berinovasi dan memberikan kontribusi untuk negeri.
Inovasi PENSL
Mengacu ke standar global, sumur minyak itu ada dua jenis yaitu sumur dangkal (shallow well) dan sumur dalam (deep well). Secara global, sumur minyak dangkal berarti memiliki kedalaman antara 6.000 kaki sampai 10.000 kaki atau sekitar 2 hingga 3 kilometer.
Di negara Kanada, sumur minyak dangkal ditambang seperti batubara. Karena, karakter minyak buminya seperti aspal.
Salah satu lapangan minyak terdangkal di Indonesia terletak di WK Rokan yaitu di Lapangan Balam South. Reservoir terdangkalnya terletak pada kedalaman 600 kaki di bawah permukaan laut yang merupakan bagian darı Formasi Telisa.
Di lapangan Balam South, minyaknya berupa cairan. Maka, penambangan minyak tetap melalui sumur.
Karakter lapangan Balam South memiliki lapisan Telisa (salah satu batuan hidrokarbon yang mengandung minyak bumi dan gas). Banyak hal-hal yang dibatasi ketika menambang di sumur minyak dangkal yang memiliki kedalaman sekitar 200 meter.
"Makanya, kami mencoba metode PENSL. PENSL kepanjangan dari Open, Sorted, dan Liner atau pipa sumur berlubang," kata Earth Scientist PHR Azarico Putra saat penjelasan inovasi PENSL pada hari yang sama.
Sebelum ada inovasi PENSL, metode pengeboran minyak sumur dangkal diawali dengan menembakkan pipa utuh ke dalam sumur minyak. Kemudian, sumur minyak direkahkan.
Tahap kedua, utilisasi rig (struktur kompleks yang mencakup peralatan teknis dan fasilitas penunjang untuk memastikan keberlanjutan operasi pengeboran). Utilisasi rig dilakukan hingga dua kali.
Sehingga, pengeboran itu menemukan minyak. Pengaliran minyak ke atas juga cukup panjang karena butuh dua kali proses.
"Dengan inovasi PENSL, kami cukup utilisasi rig sekali. Kami menggunakan mata bor menggunakan perforated liner (pelapis yang memiliki lubang-lubang kecil). Inilah kemajuan dalam proses produksi yaitu berbiaya murah. Hampir dua bulan, kami bisa mempercepat akselerasi produksi di sumur minyak dangkal," sebut Azarico.
Dari 20 sumur yang telah diuji coba dengan inovasi PENSL, rata-rata produksi sekitar 400 barel per hari (Barrels of Oil Per Day/BPOD). Sekarang, produksi minyak sumur dangkal sudah berjalan dua tahun.
Produksi 20 sumur dangkal itu sudah menyentuh 1.300 BPOD. Sebelum ada inovasi PENSL, produksi minyak cenderung turun di lapangan Balam South.
Dengan inovasi PENSL, biaya produksi bisa dihemat sebesar Rp140 miliar. Diproyeksikan, biaya produksi yang bisa dihemat mencapai Rp210 miliar hingga akhir tahun ini.
"Kemarin, kami mendapat penghargaan Best Innovation Project dalam ajang Project Management Award diselenggarakan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Penilaiannya terkait teknologi dan biaya produksi yang bisa dihemat," ungkap Azarico.
Lapangan Minyak Minas
PHR melakukan pengeboran di salah satu sumur lama di wilayah Minas pada 8 Agustus. Titik pengeboran minyak ini diberi nama lokasi 6 Poko 94.
Seorang pekerja paruh baya bernama Bill menjelaskan aturan selama berada di lapangan pengeboran minyak. Lapangan minyak ini telah dialiri listrik yang dibangun guna mendukung pengeboran minyak.
Lapangan minyak ini berada di sebelah perkebunan sawit. Bill menyampaikan agar pengunjung berhati-hati di lokasi.
Karena, lapangan minyak ini dikhawatirkan ada hewan liar. Pengunjung wajib menggunakan pakai alat pelindung diri (APD), helm, dan kacamata.
Pengunjung juga harus memperhatikan windsock (kantong yang menunjukkan arah dan kecepatan angin). Sinyal telepon seluler dialihkan ke mode pesawat.
Setelah itu, Wellsite Representative (Pengawas Operasi Pengeboran Sumur Minyak) PHR di Minas Yoga Handita menjelaskan alur pengeboran minyak. Berawal saat ia menerima hasil rekap data tentang sumur minyak yang akan dibor dari Senior Petroleum Engineering Afrilia Elisa pada 6 Agustus.
Ia mendapatkan perintah soal tahapan pengeboran sumur lama dan sumur baru. Sumur lama sudah diproduksi dan kemungkinan cadangan minyaknya hampir habis.
"Jadi, kami membuka zona baru di atas dan di bawah reservoir lama. Uji coba pengeboran dilakukan. Kami melakukan pengetesan dengan swab (ditimba). Dari sumur ini, kami dapatkan 30 persen air dan 70 persen minyak," urai Yoga.
Hasil pemompaan diperoleh rata-rata 5 barel minyak dalam waktu 10 menit. Produksi sumur lama ini masih tinggi.
Sumur yang produksinya tinggi itu didahulukan. Reservoir minyak yang sudah tak produktif lagi diberi penyekat.
Pipa pengeboran itu tidak hanya lurus ke bawah saat ini. Pipa pengeboran minyak bisa diarahkan untuk serong ke kiri atau ke kanan. Tindakan ini dinamakan reconfigure atau rekonfigursi (jika sumur minyak tidak menghasilkan minyak dengan optimal, operator mungkin akan melakukan rekayasa ulang atau perubahan dalam konfigurasi sumur untuk meningkatkan produksi, misalnya dengan mengubah teknik pengeboran atau menambah peralatan tertentu).
"Pengeboran ini butuh waktu sekitar enam hari. Ini masuk hari keempat. Nanti malam sudah siap," ucap Yoga dengan nada yakin.
Di lapangan minyak itu, Lisa menambahkan penjelasan Yoga. Disampaikannya, ia bersama tim Venus bisa memilih dan memprioritaskan sumur minyak yang paling bagus. Pengawas pengeboran diperintahkan untuk mengebor minyak pada kedalaman yang telah ditentukan.
Cairan yang dihasilkan dari pengeboran itu diuji. Setelah hasil pengujian menyatakan cairan tersebut minyak, maka zona-zona lain diisolasi dengan penyekat. Salah satu penyekat itu adalah semen.
"Meski sumur lama sudah berusia 70 tahun, kami terus mencari dengan menggunakan inovasi Venus. Sehingga, kami menemukan sumur baru di sebelah sumur lama ini," kata Lisa mengakhiri penjelasannya.
Inovasi Venus merupakan gabungan hasil pemikiran para perwira atau insinyur berbagai bidang yang diolah dengan teknologi AI di PHR WK Rokan. Dengan inovasi Venus ini, para insinyur perminyakan bisa menemukan cadangan minyak baru di sumur-sumur tua.
Dengan inovasi Venus ini, ternyata minyak bumi belum habis di daratan Riau. Cadangan minyak bumi dapat ditemukan dengan memanfaatkan inovasi Venus yang memanfaatkan teknologi terbaru, AI.
Tak hanya inovasi Venus. PHR juga memiliki inovasi PENSL yang bisa menghemat biaya produksi hingga ratusan miliar. Dua inovasi ini membuat produksi minyak yang sempat mengalami penurunan, saat masa alih kelola pada 2021, menjadi meningkat siginifikan pada tahun ini.