Kukerta Mahasiswa Unri Fokus pada Pembangunan Berkelanjutan Tingkat Desa

17 Juli 2024
Bupati Siak, Alfedri terima mahasiswa kukerta Unri

Bupati Siak, Alfedri terima mahasiswa kukerta Unri

RIAU1.COM - Sebanyak 647 mahasiswa kuliah kerja nyata (Kukerta) Universitas Riau (Unri) disambut Bupati Siak Alfedri didampingi Wakil Bupati Siak Husni Merza awal pekan ini.

Menurut bupati Alfedri, kukerta bisa menjadi pengalaman belajar bersama masyarakat untuk mengenali potensi daerah. Selain itu, juga mampu mengorganisir masyarakat, menemukan persoalan-persoalan, serta membantu masyarakat dalam memecahkan berbagai hal di kampung. 

"Kukerta bisa juga untuk memotivasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas SDM masyarakat di kampung. Untuk itu, tentu adik-adik mahasiswa akan mendapatkan pengalaman yang berharga di kampung selama menjalankan kukerta," kata Alfedri.

"Selain itu, kami juga mengharapkan adik adik dapat memberi masukan pada kami di Pemda ini, saran bahkan kritikan yang sifatnya membangun,"sambung dia.

Sementara itu, Sekretaris Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNRI, Prof Emilda Firdaus menjelaskan, bahwa di tahun 2024, jumlah mahasiswa kukerta Unri di Kabupaten Siak sebanyak 647 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 30 mahasiswa Kukerta Reguler, dan 371 mahasiswa Kukerta MBKM. Lalu, pada bulan September di gelombang ke-II sebanyak 246 mahasiswa MBKM.

"Pada tahun ini ada dua program kukerta yang dilaksanakan di Unri. Pertama Kukerta Reguler selama 40 hari, dan Kukerta MBKM selama 2 bulan. Mahasiswa kita di Kabupaten Siak akan ditempatkan di 10 kecamatan dan 50 desa dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) sebayak 33 orang," jelasnya.

Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Riau Asep Riyadi menyampaikan ucapan terima kasih telah diikut sertakan berkolaborasi dengan Unri dan Pemda Siak. Di mana peran serta BPS turut mendorong mahasiswa untuk mengabdi pada masyarakat dalam bentuk kukerta.

Asep menambahkan, berdasarkan tema Kukerta UNRI yakni Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sustainable Development Goals (SDGs), mahasiswa difokuskan mengabdi pada masyarakat dalam hal SDGs yakni pembangunan berkelanjutan di tingkat desa.

"Pembangunan ini tidak akan terlepas dari bagaimana masyarakat desa mengelola datanya. Kalau kita berfikir membangun keberlanjutan maka yang berlanjut itu harus ada data historisnya," ujarnya.

Untuk itu, kata Asep, dalam menciptakan data historis ini perlu wawasan dalam bagaimana mengumpulkan data, memelihara data, mengolah data. "Dalam menyajikan data, semua memang harus dilewati oleh fase pada saat kuliah," tukasnya.*