Penolakan Acara GP Ansor Riau Masih Berlangsung, Pengamat: Efek Sebab Akibat

21 September 2018
Acara yang Diinisiasi Ketum Ansor Yaqut Cholil masih ditolak di Riau

Acara yang Diinisiasi Ketum Ansor Yaqut Cholil masih ditolak di Riau

RIAU1.COM -Jumat 21 September 2018, acara Kirab Satu Negeri yang diinisiasi Ketua Umum (Ketum) Ansor KH Yaqut Cholil Qoumas berujung penolakan di Riau. Sejumlah elemen masyarakat meminta acara tersebut tidak diselenggarakan. 

 

Semua berawal dari pernyataan Yaqut Cholil di satu tayangan televisi. Menyebut ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) diduga disusupi organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dilarang keberadaannya oleh pemerintah. 

 

Menurut Pengamat Komunikasi Politik, Jupendri, MIkom tak ada api tak ada asap. Dimana penolakan yang terjadi pada acara GP Ansor di Riau ada penyebabnya. "Dalam komunikasi itu ada namanya noise (gangguan). Artinya ada pesan yang tidak tersampainya dari komunikator ke komunikan," kata Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UMRI ini. 

 

Jupendri sampaikan bahwa penolakan acara GP Ansor di Riau, tidak terlepas dari pernyataan Ketum Ansor, Yaqut Cholil Qoumas beberapa waktu lalu. "Ini yang harus segera diklarifikasi. Bagi publik UAS sudah jadi figur ulama yang sangat dihormati di Riau. Dan publik meyakini Ustaz Abdul Somad tidak seperti yang dituduhkan. Jika dituduh begitu maka publik bereaksi. Itu reaksi alami, dari sebab akibat," katanya. 

 

Oleh sebab itu sebaiknya pihak Ansor pusat bertemu dan meminta maaf kepada UAS. "Kalau Ketum GP Ansor (Yaqut Cholil) memang salah, maka harus minta maaf. Itu sebagai solusi agar situasi ini mencair. Meminta maaf lalu mengakui (UAS ikut HTI) itu salah. Apalagi UAS sebagai tokoh adat. Makanya lebih sensitif dibandingkan dengan yang lain," saran Jupendri. 

 

Sebelumnya Ketua Ansor Riau, Purwaji bertemu dengan tokoh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Meminta agar bisa dimediasi dengan Ustaz Abdul Somad (UAS). Hanya saja hingga kini LAM Riau masih bersifat netral. Sedangkan sejumlah elemen masyarakat dan Ormas masih menolak Kirab Satu Negeri di Riau.