Dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Bangkinang Temukan Tepung Ikan Patin Mengatasi Anak Kerdil

4 Oktober 2018
Ilustrasi Kader Pos Yandu sedang menimbang balita untuk mengatasi gizi agar anak tidak kerdil.

Ilustrasi Kader Pos Yandu sedang menimbang balita untuk mengatasi gizi agar anak tidak kerdil.

RIAU1.COM - Patut diacungi jempol. Dosen dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Bangkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, berhasil menemukan formula baru dari hasil penelitian nya.

Mereka secara ilmiah berhasil memformulasikan tepung dari tulang ikan Patin untuk mengatasi permasalahan anak kerdil atau stunting.

"Tulang ikan patin yang tinggi protein, kalsium dan fosfor sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang balita," kata Nur Aprianis, ketua penelitian dan juga dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Bangkinang, Kabupaten Kampar, dalam keterangan pers seperti dilansir Antara di Pekanbaru, Kamis 4 Oktober 2018. 

Nur Afrinis menjelaskan penelitian tentang tepung dari tulang ikan patin itu juga melibatkan dosen lainnya dari universitas tersebut yaitu Vera Wati Besti S.Gz., M.Si., dan M. Nurman M.Kep.

Patin merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Provinsi Riau, khususnya di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Begitu pula di sekitar Danau PLTA Koto Panjang. 

Menurut dia, tepung tulang ikan patin bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan untuk balita stunting. Alasan pemilihan tulang ikan patin karena Kampar merupakan penghasil ikan patin terbesar di Riau, sehingga para peneliti berusaha memanfaatkan limbah tulang ikan tersebut.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun, biasanya berupa tubuh anak pendek dibandingkan anak seusianya.

"Salah satu cara pemanfaatan tulang ikan patin adalah diolah menjadi tepung dan dijadikan produk bihun untuk balita stunting," katanya.

Proses penelitian untuk membuat tepung dari tulang ikan patin tersebut dimulai sejak 2017, dan mendapatkan hasilnya pada 2018.

Ia mengatakan hasil penelitian tersebut juga sudah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 

"Alhamdulillah, hak ciptanya memperoleh perlindungan penuh dari Undang-Undang No. 28 Pasal 72 Tahun 2014 tentang hak cipta," katanya.

Dosen Program Studi S1 Gizi Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Bangkinang, ini juga menuturkan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula terbaik mengenai kalsium antara tepung ikan patin (Pangasius hypopthalmus) untuk balita stunting dengan memvariasikan tepung tulang ikan patin menjadi bihun kualitas terbaik dan tinggi protein.

Ia menambahkan, publikasi mengenai formulasi tepung dari tulang ikan patin ini sudah dipublikasikan melalui jurnal online Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI).

R1/Hee