Ilustrasi/Net
RIAU1.COM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau mengakui masih banyak petani kelapa sawit di Riau yang hingga kini belum tergabung dalam kemitraan sawit plasma, atau belum bermitra dengan perusahaan kelapa sawit.
Hal ini menjadi salah satu penyebab anjloknya harga TBS semakin dalam dirasakan oleh petani.
Menurut Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Disbun Riau Defris Hatmaja mengungkapkan, memang ada sejumlah kendala yang menyebabkan para petani swadaya tidak mau bermitra dengan perusahaan.
Diantaranya terkait lahan petani yang berada di kawasan hutan. Kemudian ada juga petani swadaya yang belum memenuhi persyaratan kemitraan, seperti belum memiliki kelembagaan, atau organisasi petani. Serta para petani belum memenuhi syarat minimal luasan kebun.
“Sehingga hal itu yang menghambat petani bisa dijadikan mitra penjualan TBS sawit ke perusahaan,” katanya, Jumat (8/7/2022).
Hal-hal tersebut sejauh ini menjadi penyebab utama mengapa kemitraan antara petani dengan PKS sulit terwujud. Namun demikian, kata dia, pihaknya sudah mendorong kepada Pemerintah kabupaten/kota untuk membuat regulasi kemitraan.
“Tapi sampai kini belum ada yang membuat,” tuturnya.
Defris menyebut, Dinas Perkebunan Provinsi Riau juga terus mengupayakan berbagai langkah agar bisa meningkatkan harga jual tandan buah segar (TBS) sawit, di tengah masih rendahnya harga acuan yang ditetapkan pemda.
Dia menyebut, saat ini, untuk harga jual TBS sawit yang bermitra dengan perusahaan, sudah sesuai dengan harga acuan dari Disbun.
“Jadi untuk sekarang harga sawit murah itu adalah petani yang non mitra, karena itu sudah ada regulasi berupa Peraturan Gubernur, yang mendorong kemitraan petani swadaya dengan perusahaan. Cuma para petani swadaya ini cukup sulit dan ada yang tidak mau dimitrakan,” ujarnya.*