Potensi Budidaya Ikan Tawar di Riau Capai 53 Hektare, Baru Dimanfaatkan 3,6 Persen

26 November 2021
Ilustrasi budidaya ikan (Sumatrabisnis.com)

Ilustrasi budidaya ikan (Sumatrabisnis.com)

RIAU1.COM - Harga ikan di pasaran mahal. Padahal potensi ikan di Provinsi Riau cukup banyak. Sebab itu, Wakil Gubernur Riau (Wagubri) Edy Natar meminta pegawai memasyarakatkan budidaya ikan di lahan terbatas dengan menggunakan terpal. 

"Tadi kita dengar penjelaskan Kepala Dinas Perikanan harga ikan mahal. Padahal dalam catatan saya potensi ikan di Provinsi Riau sangat besar," katanya.

Saat ini potensi budidaya ikan tawar, sebut dia sebesar 53 ribu hektare (Ha) lebih, dan baru dimanfaatkan sekitar 1.600 Ha lebih atau 3,06 persen. 

Kemudian potensi perikanan budidaya ikan payau, itu ada sebesar 31 ribu Ha lebih, dan baru dimanfaatkan 559 Ha lebih atau 6,72 persen. 

Sementara potensi perikanan budidaya ikan laut sebesar 149 ribu Ha lebih, dan baru dimanfaatkan sekitar 114 Ha lebih 0,13 persen. 

"Itu artinya potensi ini kalau kita galakan, maka tidak akan terjadi harga ikan lebih tinggi daripada harga ayam," ujarnya. 

Sebab menurut Wagubri, kondisi tersebut lah yang membuat masyarakat lebih banyak mengkonsumsi ayam daripada ikan, karena harga ayam lebih murah dibanding harga ikan. 

Selain itu, kondisi tersebut terjadi karena permintaan lebih tinggi daripada ketersediaan ikan. Sehingga harga ikan di pasaran menjadi tinggi. 

"Sekarang ayam dimana-mana mudah dicari. Padahal ayam itu waktu zaman saya kecil dulu, ayam itu makanan mewah. Hanya dua cara saya bisa makan ayam, pertama nunggu sakit dan kedua nunggu ayam sakit. Karena kalau saya sakit pasti ditawarka emak (mamak) saya makan ayam nak. Jadi kalau sakit baru ditawarkan makan ayam, sebab saat itu ayam makanan mewah. Atau nunggu ayam sakit. Daripada ayam yang dipelihara mati, baru dipotong," ujarnya. 

Sekarang terbalik, ayam itu sangat mudah dicari dimana-mana dibanding ikan. Padahal protein yang terkandung di dalam ikan sangat diperlukan, terutama untuk anak-anak.

"Seharusnya kalau kondisi seperti itu kita tidak hanya memasyarakatkan masyarakt gemar makan ikan, tapi bagaimana kita memasyarakatkan masyarakat membudidayakan ikan di lahan perkarangan rumah," paparnya. 

"Mungkin itu bisa dimulai di kalangan pegawai membudidayakan ikan. Sekarang memelihara ikan itu sangat mudah di lahan terbatas dengan terpal. Hanya saja masyarakat masih banyak yang kurang paham bagaimana memelihara ikan yang baik," ajak Edi Natar.*