Jual Sawit Mahal, Harga Pupuk Melambung, Ketua Apkasindo di Riau Mengeluh

12 September 2021
Ilustrasi/Net

Ilustrasi/Net

RIAU1.COM - Tingginya harga pupuk saat ini menjadi pembahasan yang hangat di kalangan petani Kelapa Sawit. Bahkan bukan hanya di Riau, namun juga hampir merata se-Indonesia.

Seperti diketahui, hingga saat ini harga pupuk kimia tengah melambung tinggi. Yakni naik mencapai 71-75 persen.

Menanggapi hal itu, Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Rokan Hulu, Syafarudin Poti mengaku prihatin dengan tingginya harga pupuk meski harga tandan buah segar (TBS) Riau tinggi. Menurutnya, saat ini petani bukan hanya membutuhkan ketersedian pupuk tadi, tapi juga keterjangkauan harga.

"Jadi catatan penting, dimana pemerintah harus mengevaluasi kondisi harga pupuk yang kita nilai tidak beraturan kenaikan harganya," ujar Poti yang juga Wakil Ketua DPRD Riau itu akhir pekan ini.

Hal senada juga di ungkapkan Ketua DPD APKASINDO Dumai, H Kosim. Ia menuturkan seharusnya kenaikan harga pupuk seimbang dengan kenaikan harga TBS saat ini. Bukan justru melampaui rasio yang ada.

"Pupuk itu sangat penting bagi Pekebun jangan malah menjadi beban karna pupuk itu pemicu produksi bukan penghambat produksi," tuturnya.

Keduanya pun kompak kalau PT Pupuk Indonesia (PI) dapat memecahkan masalah ini. Bahkan juga menjadi penyeimbang atas tinggainya harga pupuk tadi.

Sebelumnya, PI membantah kenaikan yang terjadi di internalnya seperti yang terjadi di lapangan. Untuk itu pihaknya saat ini tengah melakukan survei guna mencari sumber masalah kenaikan pupuk tersebut.

"Harga itukan memang berkaitan dengan market. Namun, hanya apakah naiknya di level kita atau hingga kelas petani. Saat ini kita tengah survei," terang SVP Pemasaran PT PI, M Syafi'i.

Diterangkannya, beberapa hari belakangan ini pihaknya tengah melakukan survei dengan turun langsung hingga lini petani. Tak terkecuali di Riau, pihaknya juga menggali informasi dari DPP APKASINDO terkait kondisi harga pupuk di lini petani kelapa sawit.

"Mamang benar ada kenaikan harga pupuk dari PI, namun besarannya gak sampai 71 persen seperti yang terjadi di lapangan. Untuk itu kita lihat dimana permasalahan sebenarnya," bebernya.

Dikatakannya, kenaikan harga yang terjadi di perusahaan BUMN itu hanya sebesar 20-30 persen saja. Sementara, di pasaran harga pupuk sampai menyentuh 75 persen.

"Nah ini apakah ini praktek pasar atau lantaran dari sisi suplay yang menyebabkan naiknya harga tadi," terangnya.

Dikatakan Syafi'i kenaikan harga yang terjadi di PT PI salah satunya adalah dipengaruhi dengan meningkatnya harga bahan baku pembuatan pupuk tersebut. Malah bahan baku itu juga di impor dari luar negeri.

Meski begitu, sebagai perusahaan milik negara PT PI akan berkomitmen mendukung pemerintah. "Kita tetap berpihak kepada petani. Namun memang ada beberapa segmen juga yang menjadi fokus pemerintah. Seperti Sawit, Hortikultura, tanaman Pangan dan sebagainya. Jadi, survei ini menjadi perbaikan kita untuk kedepan," jelasnya.

Saat ditanya apakah ada permainan harga dari di lini pasar, Syafi'i tak dapat berkomentar banyak. Namun ia menjelaskan pupuk itu terbagi atas pupuk subsidi dan non subsidi.

"Jika pupuk subsidi maka ada aturan ketat yang mengatur harga di pasar. Sementara kalau non subsidi harga ditentukan pasar," terangnya.

"Saat ini kita masih berupaya semaksimal mungkin menekan harga pupuk. Meski begitu kita juga gak ingin negara rugi dan masyarakat juga kesulitan mendapatkan pupuk," tandasnya.*