Pakar Lingkungan, Dr Elviriadi
RIAU1.COM - Provinsi Riau hari ini genap berusia ke 64 tahun, namun demikian menurut pakar lingkungan Dr Elviriadi, Bumi Lancang Kuning yang dulunya miliki hutan dan alam yang terjaga dari raksasa-raksasa korporasi, saat ini diambang kepunahan ekologis.
"Indikator deforestasi terus meningkat. Salah satu contohnya penebangan hutan alam di Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten Meranti, dimana dibawahnya rawa gambut, memicu Karhutla dan kerusakan serius pada tanah. Keanekaragaman hayati, erosi, banjir dan kemusnahan hewan-hewan spesies dan endemik," kata dia pada Riau24.com grup, Senin 9 Agustus 2021.
Setelah itu, sambung dia, adanya kelebihan Hak Guna Usaha (HGU) dan sawit tanpa izin, turut mengganggu kawasan tangkapan air di daratan Riau yang seharusnya Riau Hijau, green dan lestari.
"Saat ini limbah PKS (Pabrik Kelapa Sawit, red) mengalir ke sungai. Ribuan ikan mati. Sungai yang tadinya pusat peradaban Melayu pada era 60-an sampai 80-an, kini sungai jadi pusat pembunuhan biota," ujarnya.
Sementara untuk penanganan Kebakaran hutan dan lahan, Elviriadi menilai baru sebatas pemadaman, faktor penyebab, pemicu dan yang mempengaruhi Karhutla tidak disentuh.
"Ada apa? mau memutupi sesuatukah? kok hanya hilirnya berupa pemadaman, water bombing, dan seterusnya," pungkas Elviriadi mempertanyakan.