Pelatihan Pengelolaan Kegiatan Posyandu pada Masa Pandemi COVID-19 di daerah operasional perusahaan 5 kabupaten. Kegiatan yang diikuti 300 kader di 276 posyandu ini diadakan 15 hingga 29 Juni 2021 secara daring sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19/Ista
RIAU1.COM -Sebanyak 300 kader posyandu memperoleh pelatihan khusus tentang strategi menurunkan angka stunting di masa pandemi. Para petugas kesehatan yang berasal dari 276 posyandu di Provinsi Riau ini diharapkan mampu mengelola kegiatan posyandu yang lebih efektif terutama memantau perkembangan gizi anak dan balita sejak dalam kandungan.
Pelatihan yang berlangsung sejak 15 hingga 29 Juni 2021 ini digelar secara daring melibatkan para kader dari berbagai daerah di antaranya Kabupaten Pelalawan, Siak, Kuantan Singingi, Kampar dan Kepulauan Meranti.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti Dr Misri Hasanto mengatakan kader Posyandu merupakan garda terdepan di lapangan dalam menjalankan kegiatan posyandu di pedesaan. Untuk itu, kegiatan yang digagas oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) ini bisa menambah wawasan para kader terutama dalam menghadapi tantangan di masa pandemi COVID-19.
“Mereka (para kader) ini adalah ujung tombak yang bekerja secara sukarela, jadi kegiatan ini sangat berarti bagi ibu-ibu kader kita dalam mengelola posyandu dengan baik dan berdampak positif terhadap kesehatan ibu dan anak sehingga stunting bisa dicegah,” kata Misri, Senin (28/6/2021).
Salah satu peserta kader posyandu Desa Mekar Sari, Susanti mengatakan pelatihan ini memberikan semangat baru dan kemudahan bagi kader dalam menjalankan posyandu di tengah pandemi.
“Materinya tentang pengelolaan posyandu, kegiatan pengembangan, pencatatan dan pelaporannya. Kami juga diberikan pendampingan bagaimana proses pemantauan kesehatan bayi dan balita agar bisa terhindar dari stunting,” kata Susanti.
Gubernur Riau, Syamsuar di sela-sela kegiatan penyerahan paket Pemberian Makanan Tambahan (PMT) beberapa waktu lalu mengatakan Pemerintah Provinsi Riau menargetkan penurunan kasus stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 mendatang. Ia juga menyebut prevalensi stunting di Riau menunjukkan penurunan dari 27,4 persen tahun 2018 menjadi 23,7 persen di tahun 2020. Namun, angka tersebut masih tergolong tinggi dan perlu dukungan seluruh pihak untuk mengatasinya.
“Komitmen dan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha serta seluruh komponen masyarakat diperlukan. Alhamdulillah, kami sudah menjalin kerjasama dengan RAPP yang telah menyampaikan komitmennya dalam rangka ikut bersama-sama menangani stunting di Provinsi Riau,” tuturnya.
Community Development (CD) Strategic Planning Manager RAPP, Bertone Anwar mengatakan semua pihak mendorong percepatan stunting dan perhatian pada gizi bayi dan balita serta ibu hamil.
Ditambahkannya, kegiatan ini merupakan komitmen RAPP sebagai bagian dari grup APRIL yang berada di bawah naungan Raja Garuda Emas (RGE) Indonesia dalam mendukung upaya pemerintah untuk menurunkan kasus stunting dan mendukung kegiatan posyandu di desa-desa sekitar wilayah operasional.
“Program ini merupakan salah satu visi dari APRIL 2030 dimana perusahaan berfokus pada upaya menurunkan prevalensi tengkes (stunting-red) pada anak balita di Provinsi Riau,” pungkasnya.(rls)