Biaya denda Tilang Elektronik terlalu Membebani masyarakat

24 Maret 2021
Foto (net)

Foto (net)

RIAU1.COM -Sejumlah Warga mengeluhkan mahalnya denda sistem tilang elektronik yang harus dibayar masyarakat. Keluhan ini diungkapkan salah satu warga Pekanbaru Soni (26).

"Iya cukup mahal dan membebani masyarakat apalagi saat pandemi covid-19,"kata Soni kepada Riau 1.com. Rabu 24 Maret 2021.

Diakuinya secara pribadi dirinya mendukung aturan tilang elektronik tersebut supaya masyarakat sadar dan taat pada hukum berlalu lintas.

"Tapi soal dendanya saya kurang setuju terlalu membebani masyarakat,"ujarnya lagi.

Soni berharap denda yang diterapkan itu diringankan secara bertahap jangan langsung dipatok dengan harga tinggi.

"Diringankan secara bertahap dan dilakukan evaluasi dulu jika masyarakat tak jera baru dinaikkan,"pintanya.

Diberitakan sebelumnya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meresmikan tilang elektronik atau Elektronic Traffic Law Enforcement (ETLE) nasional tahap satu, Selasa 23 Maret 2021.

Sistem tilang elektronik ini merupakan cara pihak kepolisian untuk meningkatkan rasa disiplin berkendara di masyarat serta meminimalisir adanya oknum-oknum yang melakukan pemerasaan saat melakukan penindakan pelanggaran lalu lintas.

Untuk penindakan bagi pelanggar lalu lintas yang tertangkap kamera pengawas akan mendapatkan sanksi sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ).

Berikut ini jenis pelanggaran yang diincar dan besaran denda tilang elektronik:

1. Memakai Pelat Nomor Palsu

Setiap kendaraan dilengkapi dengan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) atau pelat nomor dan harus sesuai dokumen yang ada. Penggunaan pelat nomor juga sudah diatur ketentuannya.

Jika sampai kedapatan ada pengemudi kendaraan yang menggunakan pelat nomor palsu, maka sesuai dengan Pasal 280, pelanggarnya bisa dipidana kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000.

2. Tidak Memakai Helm

Helm termasuk perangkat keselamatan yang wajib digunakan oleh setiap pengendara sepeda motor. Aturan ini sudah tercantum dalam Pasal 106 ayat 8 UU LLAJ, bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpangnya wajib mengenakan helm sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Hukuman bagi pelanggarnya tertulis pada Pasal 290 dengan kurungan paling lama satu bulan atau denda Rp 250.000.

3. Menggunakan Gawai (ponsel)

Dalam mengemudikan kendaraan, baik motor atau mobil, pengendaranya dituntut untuk menjaga konsentrasi. Untuk itu, aktivitas lain selain berkendara dianggap bisa mengganggu konsentrasi, termasuk menggunakan gawai atau ponsel.

Pelarangan penggunaan ponsel saat berkendara sudah diatur dalam Pasal 283 UU LLAJ. Pasal tersebut menjelaskan pengemudi yang melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi keadaan yang mengganggu konsentrasi di jalan akan dipidana kurungan maksimal 3 bulan atau denda Rp 750.000.

 

4. Melanggar Rambu Lalu Lintas dan Marka Jalan

Berlaku bagi pengendara mobil atau motor, harus mematuhi rambu lalu lintas dan marka jalan yang berlaku.

Pelanggarnya akan dikenakan Pasal 287 ayat 1 dengan sanksi kurungan penjara hingga dua bulan atau denda maksimal Rp 500.000.

5. Tidak Mengenakan Sabuk Pengaman

Khusus pengemudi mobil dan penumpang yang ada di depan atau samping pengemudi, wajib mengenakan sabuk pengaman atau seat belt.

Barang siapa yang terekam kamera pengawas ETLE dan terbukti melakukan pelanggaran, maka bisa dikenakan sanksi berupa hukuman penjara satu bulan atau denda maksimal Rp 250.000.