Foto (net)
RIAU1.COM -Pengamat Ekonomi UNRI Dahlan Tampubolon melihat belum ada perusahaan lokal di Riau yang cekatan untuk mengelola blok Rokan.
Hal ini dapat dilihat data produksi dari BUMD pengelola minyak, Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak Pusako (BSP) - Pertamina Hulu Energi (PHE) dalam 3 tahun terakhir, jeblok.
"Pada tahun 2016 produksi BOB mencapai 12, 1 ribu barel per hari menjadi hanya 10,6 ribu barel per hari pada 2019 lalu, apalagi jika dibanding awal produksi PT BSP yang mencecah angka 41 ribu barel per hari. Dari sisi finansial, BUMD dan BUMA harus menyiapkan investasi sekitar 7 milyar dolar selama 20 tahun,"ujarnya. Selasa 2 Maret 2021.
Tapi meskipun belum ada yang cekatan katanya bukan berarti berarti tidak mungkin, jika para mantan pengelola yang sebelumnya berada di PT CPI bisa direkrut membangun dan mengembangkan BUMD atau BUMA sebagai unit usaha perminyakan di Riau ini.
"Kemampuan SDM dari PT CPI sangat dibutuhkan di dalam mengelola Blok Rokan ke depan. BUMA dan BUMD bisa menggunakan para WNI expertist yang masih memiliki kemampuan dan kepedulian di dalam menggali potensi SDA kita. Apalagi kalau ada putra daerah,"
"Pengalaman di beberapa bekas ladang minyak yang habis konsesi, ketika dikelola justru malah melorot. Mungkin karena ketersediaan di alam memang menipis dan juga teknologi dan SDM yang mengelola kurang mempuni,"tambahnya.
Memang jika meneropong kemampuan Pertamina dalam mengelola Blok Rokan pada saat 8 Agustus 2021 nanti. Pertamina telah berhasil mengelola blok Mahakam, pasca terminasi Total E&P Indonesia Perancis dan Inpex Jepang. Namun setelah dikelola Pertamina, produksinya turun menjadi hanya sekitar 31 ribu barel minyak dan 969 mmscfd gas per hari. Bandingkan dengan tahun 2017, 52 ribu barel minyak dan 1.255 mmscfd gas per hari. Blok mahakam membutuhkan suntikan 1,5 milyar dolar untuk investasi 2020 -2022.
"Jejak pengalaman ini menjadi bagian pertimbangan dan perbandingan di dalam pengelolaan Blok Rokan nantinya,"jelasnya