Elviriadi
RIAU1.COM -Pengamat Lingkungan Elviriadi menilai pengumuman status siaga darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) oleh gubernur Riau tergolong lumayan dari segi pencegahan jangka pendek. Tapi 4 kabupaten yang ditemukan hotspot menunjukkan secara nasional belum ada kebiijakan strategis menyelesaikan Karhutla.
"Yang paling menentukan itu adalah mengurangi lahan gambut di eksploitasi oleh korporasi. Ukur ulang tata batas lahan gambutnya, yang berlebih diambil pemerintah lalu dikonservasi, dipulihkan, " kata Elviriadi kepada Riau1. com. Minggu 21 Februari 2021.
Menurut Elviriadi dari 4,6 juta hektar luas gambut Riau ada sekitar 77% sudah dialih fungsikan. Jumlah Ini harus direview, dan dievaluasi. Karna gambut merupakan satu kesatuan hidrologis bawah tanah yang saling terkait. Kalau sisa sekitar 25% lahan gambut yang tidak dialih fungsi, maka dia akan ikut rawan terbakar. Inilah masalah utama pemerintah pusat dan Pemerintah daerah.
"Pemadaman dengan tim yang lengkap itu untuk jangka pendek. Dan problem mendasar gambut tak kunjung teratasi," pungkasnya.
Pada hari ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru kembali menemukan keberaaan titik panas atau hotspot yang tersebar di wilayah Riau.
“Titik Panas (Hotspot) update Pukul 06.00 WIB terdapat 9 titik panas di Riau,” sebut prakirawan BMKG, Putri Santy. Minggu 21 Februari 2021.
Lebih lanjut disampaikannya, Sembilan titik panas tersebut tersebar di dua Kabupaten, diantaranya Kabupaten Bengkalis 5 titik dan Kabupaten Pelalawan 4 titik.
Untik diketahui, titikpanas di Sumatera terdapat 54 titik, NAD 14 titik, Jambi 1 titik, Lampung 1 titik, Sumbar 15 titik, Sumsel 1 titik, Sumut 12 titik dan Kepri 1 titik.