Edyanus Herman Halim
RIAU1.COM - Masyarakat Riau, khususnya kota Pekanbaru dikejutkan dengan melonjaknya tagihan listrik hingga mencapai 100 bahkan 200 persen. Padahal saat ini secara umum masyarakat menjalani ekonomi yang cukup sulit akibat pandemi virus Covid-19.
Pengamat ekonomi dari Universitas Riau Edyanus Herman Halim menduga naiknya tagihan listrik bisa jadi karena masyarakat lebih banyak bekerja di rumah.
"Listrik selama WFH (Work From Home, red) dan lockdown pasti meningkat karena banyak penggunaan listrik ketika stay at home. Berapa peningkatan yg wajar adalah sesuai dengan peningkatan pemakaian," kata dia pada Riau1.com, Jum'at 5 Juni 2020.
Namun demikian, kata dia, jika ada peningkatan yang tidak wajar tentu harus ditelusuri. Mungkin jelasnya, karena tidak bisa keluar rumah, maka petugas tidak mentera dengan baik meteran pembayaran listrik.
"Konsumen bisa mengecek jumlah kwh pemakaian di kuitansi pembayaran dan mencocokkannya dengan yang ada di meteran. Jika ada kelebihan pembebanan kwh, maka petugas pencatatan berarti tidak bekerja dengan baik. Bila itu yang tejadi, maka konsumen dapat digratiskan sebesar kelebihan pembebanan pada bulan berikutnya," ujarnya.
Sambung dia lagi, bila ada hal-hal lain yang merugikan konsumen, maka perlu dilakukan penyelidikan secara seksama dan komprehensif agar masyarakat tidak dirugikan oleh hal-hal yang tidak pada tempatnya.
"Jika ada kenaikan tarif listrik, maka harus diberitahukan pada masyarakat. Jangan sampai masyarakat dikejutkan oleh kenaikan mendadak. PLN jangan melakukan hal-hal yang menimbulkan kepanikan masyarakat dalam suasana sekarang. Itu sangat berisiko pada terganggunya ketertiban masyarakat. Aparat harus segera bertindak untuk menengarai persoalan ini sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," paparnya.
Dia juga membenarkan bahwa masyarakat bisa mempermasalahkan tagihan yang dinilai tidak wajar tersebut jika data di meteran yang dimiliki dengan tagihan ada yang patut dicurigai.
"Seharusnya bisa dan itu pernah terjadi. Ada kalanya petugas tera tidak mencatat jumlah pemakaian sesungguhnya di meteran, tetapi main kira-kira saja. Nggak taunya setelah dicocokkan dengan meteran, jumlah pemakaian tidak sampai sebanyak yang dicatat tukang tera. Ini sebenarnya tidak etis. Apalagi PLN tidak bersesdia mengembalikan uangnya. PLN biasanya hanya mau mengkompensasi dengan pembayaran dibulan berikutnya," pungkasnya.