Aksi Tak Senonoh Pelajar SMA di Rohul Rayakan Kelulusan, Ini Kata Ketua Komisi V DPRD Riau

4 Mei 2020
Ketua Komisi V DPRD Riau, Eddy A Mohd Yatim

Ketua Komisi V DPRD Riau, Eddy A Mohd Yatim

RIAU1.COM - Ketua Komisi V DPRD Riau, Eddy A Mohd Yatim menyesalkan aksi sekelompok pelajar SMA Negeri 1 Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) yang merayakan kelulusan dengan perbuatan tak senonoh.

Aksi yang dilakukan pelajar tersebut sangat miris sekali, terlebih dalam suasana Ramadan serta masih dalam situasi pandemi wabah virus corona atau Covid-19.

“Saya terkejut ketika mendapat kiriman video perayaan kelulusan siswa SMA itu. Seketika viral dan menjadi isu nasional. Saya pikir kita harus lakukan evaluasi dan segera mengurai benang kusut kasus ini. Sebab, ini benar-benar melukai perasaan kita sebagai orang Riau," tegas Eddy Yatim.

"Sebagai komisi yang membidangi masalah pendidikan, kami melihat kita kecolongan dengan munculnya kasus ini. Saya tidak ingin menimpakan kesalahan kepada siswa dan pihak sekolah, tapi mari kita jadikan ini pelajaran berharga agar tidak terulang kembali di Provinsi Riau yang dikenal sebagai negeri Melayu yang memiliki nilai-nilai kesantunan," tuturnya.

Eddy Yatim mengungkapkan, mencermati kronologi kejadiannya, sekolah mengumumkan hasil kelulusan pada malam hari. Kemudian para siswa melakukan perayaan pada sore harinya di bulan puasa.

"Ini kan ada sesuatu yang aneh. Pihak sekolah sudah berusaha bersikap antisipatif, namun para siswa bisa mengkoordinir kebersamaan dan melakukan perbuatan yang tidak patut dalam merayakannya," paparnya.

“Kami dari Komisi V bukan tidak sepakat meminta pihak terkait memberikan sanksi tegas kepada siswa atau pihak sekolah. Namun ini kan menyangkut masa depan anak didik kita dan pihak sekolah. Kita menyesalkan kejadian ini dan meminta Dinas Pendidikan Provinsi Riau membentuk Tim Investigasi untuk mengurai persoalan ini," urainya.

Setelah itu, baru nanti diminta ada sanksi tegas. Agar ke depannya, peristiwa yang mencoreng marwah Riau sebagai negeri yang menjunjung tinggi adat istiadat serta norma Islam ini, tidak lagi terjadi.

"Yah, kalau diikutkan emosi, kita minta Kepseknya dipecat dan siswanya ditunda kelulusannya, tapi itukan bukan sebuah tindak yang bijak untuk masa depan siswa dan sekolah," pungkasnya.