The Climate Reality Project Sebut Indonesia 'Supermarket' Bencana, Alasannya...

The Climate Reality Project Sebut Indonesia 'Supermarket' Bencana, Alasannya...

20 Juli 2019
Event Forest Talk bersama Blogger yang ditaja The Climate Reality Project Indonesia dan Yayasan DR Sjahrir di Grand Zuri Hotel Pekanbaru (foto: barkah/riau1.com)

Event Forest Talk bersama Blogger yang ditaja The Climate Reality Project Indonesia dan Yayasan DR Sjahrir di Grand Zuri Hotel Pekanbaru (foto: barkah/riau1.com)

RIAU1.COM - Kondisi iklim global saat ini kian tak menentu, termasuk di Indonesia. Banyak hal yang terjadi akibat perubahan iklim, hampir semua sektor menjadi terganggu.

Manager The Climate Reality Project Indonesia, Dr Amanda Katili Niode mengatakan, kondisi bumi sekarang ini bisa dikatakan sedang 'sekarat', karena minimnya air dan udara bersih.

"Air bersih sekarang ini hanya tinggal sedikit, karena jumlah penduduk bumi terus bertambah, termasuk udara yang kita hirup sekarang ini sudah banyak tercemar," kata Amanda, Sabtu 20 Juli 2019.

"Menurut data WHO, 90 persen penduduk bumi menghirup udara yang tercemar," ucap Amanda dalam pemaparannya dalam acara Forest Talk bersama Blogger Pekanbaru yang ditaja Yayasan DR Sjahrir di Grand Zuri Hotel Pekanbaru.

Amanda melanjutkan, dampak perubahan iklim yang cukup terasa di masyarakat ialah bencana alam, dan di Indonesia sudah terjadi 2.481 bencana sejak tahun 2018 yang 97 persen diantaranya bencana hidrometeorologi.

"Bisa dikatakan, Indonesia merupakan 'supermarket' bencana. Ada banyak bencana yang terjadi akibat gas emisi efek rumah kaca yang kemudian menutupi atmosfer," terangnya.

Yang cukup mencengangkan, dari sekian banyak industri yang ada, Amanda mengungkapkan, industri fashion menjadi penyebab terbesar pencemaran udara secara global, mencapai 10 persen.

"Dampak perubahan iklim ini, bisa kita lihat dan rasakan, seperti pemanasan global, melelehnya es di kutub utara, naiknya permukaan air laut dan beberapa hal perubahan lingkungan lainnya," ungkapnya.

Selain itu, masih kata Amanda, perubahan iklim juga berdampak sangat besar bagi kehidupan manusia, mulai dari air dan udara tercemar, pengaruhi hasil pangan, kesehatan hingga infrastruktur pun ikut terkena dampaknya.

"Untuk mengatasi ini, ada dua metode, dengan mitigasi yakni memperlambat proses perubahan iklim dan metode adaptasi yakni meningkatkan ketahanan pangan," pungkasnya.

Kegiatan Forest Talk bersama Blogger, The Climate Reality Project Indonesia dan Yayasan DR Sjahrir juga melakukan field trip ke Desa Makmur Peduli Api di Kabupaten Kampar yang merupakan binaan APP (Sinarmas Group).