Ketua DPW PPP Provinsi Riau Syamsurizal. Foto: Riko.
RIAU1.COM -Ketua DPW Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Riau Syamsurizal mengingatkan seluruh kader dan simpatisan untuk berbenah menyongsong Pemilu 2024. Agar, "kiamat" kedua tidak terjadi.
Hal itu ia sampaikan terkait anjloknya perolehan kursi partai berlambang Ka'bah itu di legislatif pada Pemilu 2019 lalu.
"Waktunya tinggal sebentar lagi. Kita harus berbenah agar tidak terjadi lagi 'kiamat' kedua untuk PPP. Kalau kita tidak berbenah maka PPP akan segera punah. Tak ada lagi PPP disebut ke depan," kata Syamsurizal saat membuka Musyawarah Anak Cabang (Musancab) ke-7 Kota Pekanbaru, Minggu (13/3/2022) malam, di Sekretariat Jalan Teratai.
Ia meminta seluruh elemen partai mulai bekerja menyiapkan strategi dan langkah pembenahan guna memperoleh kursi lebih banyak di parlemen pada pemilu mendatang. Sebelum Pemilu 2019, PPP memperoleh 39 kursi. Saat Pemilu 2019, malah PPP mendapat 19 kursi di tingkat pusat.
"Hilang lebih 50 persen," imbuhnya.
Pada Pemilu 2019 lalu, PPP sempat diterpa isu tak sedap sebagai "partai penista agama". Diketahui, pada Pilkada DKI 2017 lalu, kubu Ketua Umum Djan Faridz hasil Muktamar Jakarta yang tak diakui Kementerian Hukum dan HAM mendukung Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Isu itu dimainkan oleh pihak-pihak lain untuk menyudutkan PPP.
"Boleh saja kita katakan ada suara-suara sumbang yang menyebut PPP sebagai 'partai penista agama'. Pihak tertentu menyebutkan tak boleh dipilih karena berkoalisi dengan kelompok yang tidak disukai di Sumatera. Isu-isu itu berkembang di masyarakat, tapi saya ketika itu mengatakan itu tidak sepenuhnya betul. Yang paling penting patut kita sadari bahwa ketika itu PPP tidak siap secara banyak hal. Kader tidak siap karena tidak bekerja secara optimal. Belum jadi kader militan," tegas Syamsurizal.
Tak hanya itu, penyebab lain merosotnya perolehan kursi PPP karena secara kelembagaan juga partai ini tidak siap menghadapi pemilu. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya saksi dari PPP ketika penghitungan suara.
"Serta ada beberapa hal lain yang jadi penyebab PPP tidak dapat memenangkan pemilu waktu itu. Bahkan hampir hilang di fatamorgana ketika kita hanya mencapai ambang batas 4,5 persen dari parlimentary threshold (ambang batas perolehan suara) yang ditetapkan 4 persen," sebut Syamsurizal.