Pengamat sebut Akan Timbul Riak-riak Pasca Rahul ditunjuk ketua Gerindra Pekanbaru
Muhammad Rahul
RIAU1.COM - Anak politisi Demokrat M Nasir yang juga anggota DPR RI, Muhammad Rahul resmi menjadi ketua DPC Partai Gerindra Pekanbaru, mengantikan Esweli. Rabu 21 Juli 2021 kemarin. Surat Keputusan (SK) Rahul langsung diserahkan Ketua DPD Gerindra Provinsi Riau, H Nurzahedi atau akrap dipanggil Eddy Tanjung.
Pengamat politik universitas Riau (UR) Tito Handoko melihat penetapan Rahul sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Kota Pekanbaru menjadi sebuah kejutan, karna Rahul tidak pernah dijagokan dan tidak pula pernah dimunculkan namanya dalam percaturan Partai Gerindra di Kota Pekanbaru.
"Tapi Partai Gerindra memiliki mekanisme sendiri dalam penunjukan pimpinan di tingkat Cabang maupun Daerah dan ini memang mendistorsi prinsip demokrasi lokal,"katanya. Jumat 23 Juli 2021.
Sebetulnya kata Tito gejala ini tidak hanya di Gerindra tapi juga partai-partai lain yang penunjukan kepemimpinan di tingkat lokal di tentukan oleh struktur yang lebih tinggi di atasnya atau memang oleh DPP secara mutlak. Bangunan prinsip demokrasi lokal memang tampak rapuh, pilihannya sederhana saja stabilitas atau distabilitas pengelolaan partai. Ujung-ujungnya adalah legitimasi DPP yang digunakan untuk memotong mata rantai konflik di tingkat lokal.
"Ditetapkannya Rahul sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Kota Pekanbaru sekaligus menjawab tesis resentralisasi yang dimulai dari tubuh partai politik. Bagaimanapun legitimasi yang dibangun tetap akan menimbulkan riak mengingat Rahul tergolong “anak kemaren sore” di Gerindra dan banyak senior yang telah berdarah-darah membesarkan Gerindra di Kota Pekanbaru,"jelasnya.
Tantangan melakukan konsolidasi antara senior dan junior akan dihadapi oleh Rahul tentu saja dalam perjalannya akan dibuktikan dengan tercapai atau tidaknya target pemenangan Partai Gerindra pada 2024.
"Sebetulnya, pola-pola tangan besi DPP mengingatkan publik pada pengelolaan Partai Politik masa Orde Baru yang semua serba ditentukan oleh pusat. Masyarakat nampaknya juga sudah tidak terlalu peduli dengan dinamika di tubuh partai politik sebab tidak ada untung ruginya selain even lima tahunan dan ini juga menjadi preseden buruh bangunan demokrasi lokal yang mengharapkan tingginya tingkat partisipasi publik. Sementara bagi kader Partai Gerindra, gejolak batin pasti mereka rasakan apalagi Rahul secara family stories dibesarkan dalam Partai yang berbeda,"tutupnya.