Dian Andi Syahputra meletakkan sandbag di pedalaman hutan. Ia sudah terbiasa menjalani kegiatan pemulihn hutan di RER/Ist
RIAU1.COM -Panas terik dan hujan deras adalah hal biasa untuk Dian Andi Syahputra. Ia bahkan terbiasa menetap berhari-hari di alam untuk menjalankan kegiatan pemulihan hutan, salah satunya memperbaiki dan memastikan tertutupnya kanal-kanal drainase liar di hutan yang beresiko menyebabkan kebakaran di lahan gambut. Namun, belum banyak yang tahu bahwa hal yang dilakukan Ian, sapaan akrabnya, memiliki andil besar untuk keberlanjutan hutan dan makhluk di dalamnya.
Ia sendiri bekerja di hutan untuk memastikan jalannya kegiatan restorasi dan konservasi yang dijalankan Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang luasnya mencapai lebih dari 150.000 ha atau setara dengan dua kali wilayah Singapura. Pekerjaan Ian adalah menutup kanal-kanal peninggalan dari praktek pembalakan liar yang massif terjadi sebelum program RER berjalan pada 2013 silam.
Proses penutupan kanal memakan waktu yang tidak sebentar. Ian bercerita bahwa pihaknya harus mengidentifikasi dan memverikasi langsung titik koordinat liar berdasarkan data sistem informasi geografis yang dihimpun RER.
“Saya dan empat rekan lainnya berangkat menuju titik kanal menggunakan perahu kecil yang kita sebut ketinting sebagai alat transportasi utama dalam menjelajahi hutan melalui sungai. Kami juga membawa berkilo-kilo campuran pasir batu dalam sebuah sandbag dan velt (material sisa untuk produksi pulp yang digunakan kembal). Kami juga membawa persediaan makanan hingga tenda dalam perjalanan yang memakan waktu tidak sebentar,” tuturnya.
Ia yang berprofesi sebagai Environment and Water Management Officer RER ini menyebut memerlukan 50 hingga 100 sandbag yang mencapai ukuran 30 kilogram setiap kegiatan penutupan kanal, tergantung dari lebar dan dalam kanal.
Setelah seluruh sandbag terkumpul pada lokasi kanal yang akan ditutup, barulah tim RER menuju ke lokasi untuk membuat bendungan (dam). Menerobos lebatnya hutan, terjalnya medan dan sulitnya menembus akses kanal bukan hal baru bagi mereka.
“Awalnya memang kaget dengan situasi lapangan karena sebelumnya saya bekerja sebagai pegawai kantoran. Namun, saya semakin menikmati pekerjaan ini dan bangga karena turut menjaga lingkungan untuk generasi mendatang,” ujarnya.
RER telah melakukan upaya stratefis dalam merestorasi hutan, termasuk penutupan kanal liar yang jumlahnya mencapai 46 sistem kanal lama dengan total panjang 186 kilometer di seluruh area konsesi. Dalam lima tahun terakhir, RER telah berhasil menutup 56 persen dari total kanal liar yang ada dengan panjang mencapai 81,2 kilometer.
External Affairs Director RER., Nyoman Iswarayoga mengatakan penutupan kanal memainkan peran yang sangat penting dalam upaya restorasi hidrologis yang dilakukan RER untuk mengurangi bahaya kebakaran dan meminimalkan emisi karbon. Target RER adalah membendung semua kanal liar pada 2025.
Penutupan kanal ini, kata Nyoman, berkontribusi terhadap tidak adanya kebakaran hutan dan lahan di area konsesi RER selama enam tahun berturut-turut. Selain penutupan kanal, pencapaian ini juga merupakan hasil dari patroli kebakaran aktif, kesepakatan formal dengan komunitas pengguna hutan untuk tidak menyalakan api, dan tidak ada kegiatan pembukaan lahan di dalam kawasan konsesi RER.
“Kegiatan restorasi dan pencapaian ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK RI) yang mempercayakan pengelolaan restorasi ekosistem kepada RER untuk keberlanjutan hutan di Indonesia,” jelas Nyoman.
RER beroperasi berdasarkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) yang diberikan oleh KLHK RI kepada lima perusahaan yang berada di bawah program Restorasi Ekosistem Riau (RER), Grup APRIL yang juga induk dari unit usaha PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Tugas utama RER adalah untuk melestarikan dan memulihkan ekosistem dalam satu kawasan hutan rawa gambut ini.
RER sendiri merupakan bagian dari komitmen 1-for-1 Grup APRIL, di mana setiap satu hektar hutan tanaman industri yang dikelola, Grup APRIL juga melindungi atau merestorasi satu hektare hutan. Komitmen ini sejalan dengan pendekatan proteksi-produksi Grup APRIL dan diatur dalam Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0.
Dalam komitmen keberlanjutan APRIL2030 yang baru diluncurkan akhir tahun lalu, APRIL Group juga memastikan tidak adanya kawasan lindung dan restorasi yang hilang (zero net loss) dalam 10 tahun kedepan.
Perusahaan penghasil kertas “PaperOne” yang berbasis di Pangkalan Kerinci, Riau ini juga berkomitmen memperluas area kawasan lindung dan restorasi hingga di luar wilayah operasional dengan menyisihkan dana dari tiap ton kayu yang digunakan dalam produksi untuk membiayai investasi di bidang lingkungan sebesar 10 juta USD per tahun. (rls)