Hasil Survei Sementara Kandidat Wali Kota Pekanbaru, Pamor Agung Nugroho Masih Tinggi
Direktur Trust Indonesia Ahmad Fadli di Hotel The Zuri, Rabu (25/9/2024). Foto: Surya/Riau1.
RIAU1.COM -Lembaga survei Trust Indonesia mengumumkan hasil survei terhadap lima kandidat wali kota Pekanbaru. Dari lima kandidat tersebut, pamor pasangan Agung Nugroho dan Markarius Anwar masih tinggi hingga kini.
Direktur Trust Indonesia Ahmad Fadli di Hotel The Zuri Pekanbaru, Rabu (25/9/2024), mengumumkan hasil survei terbaru yang dilakukan pada 7-10 September. Survei ini berlangsung selama empat hari dengan melibatkan 1.200 responden.
Metodologi pengambilan data menggunakan Multistage Random Sampling berdasarkan basis data Daftar Pemilih Tetap (DPT). Responden terbanyak diambil dari kecamatan dengan jumlah pemilih yang tinggi. Sementara dari kecamatan dengan jumlah pemilih rendah, jumlah respondennya juga lebih sedikit.
"Dari hasil survei tersebut, elektabilitas tertutup berdasarkan simulasi surat suara menunjukkan bahwa pasangan Agung Nugroho dan Markarius Anwar berada di posisi teratas dengan 53,2 persen. Disusul oleh pasangan Muflihun dan Ade Hartati dengan 22,5 persen," ungkap Fadli.
Kemudian, pasangan Ida Yulita Susanti dan Kharisman Risanda dengan 11,3 persen. Pasangan Edi Natar Nasution dan Dastrayani Bibra dengan 6 persen. Pasangan Instiawati Ayus dan Taufik Arrakhman dengan 2,8 persen.
"Margin of error dari survei ini adalah 2,83 persen. Dengan 4,2 persen responden belum menentukan pilihan atau undecided voters," kata Fadli.
Meskipun pasangan Agung Nugroho dan Markarius Anwar memimpin saat ini, masih ada waktu sekitar dua bulan hingga pemilihan. Dalam periode ini, segala kemungkinan bisa terjadi.
"Elektabilitas bukan satu-satunya penentu kemenangan. Ada faktor-faktor lain termasuk 'tangan tak terlihat' yang bisa mempengaruhi hasil akhir," ujar Fadli.
Hasil survei ini seharusnya tidak menjadi euforia bagi kandidat dengan elektabilitas tinggi. Tetapi, hasil survei ini menjadi dorongan bagi kandidat dengan elektabilitas rendah untuk bekerja lebih keras selama masa kampanye.
"Elektabilitas sifatnya sangat fleksibel, bisa naik dan turun, berbeda dengan popularitas yang cenderung lebih stabil. Semua kemungkinan masih bisa terjadi dan perubahan elektabilitas dapat berlangsung hingga hari pemilihan," tutup Fadli.