Kepala Disketapang Pekanbaru Maisisco. Foto: Istimewa.
RIAU1.COM -Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Kota Pekanbaru mengajak perusahaan pengelolaan pangan, khususnya sektor swasta, untuk berkontribusi dalam menekan angka food loss dan food waste. Sosialisasi ini digelar untuk menekan angka makanan sisa dan terbuang mulai dari sisi hulu.
"Kami juga mengajak pemangku kepentingan terkait, khususnya pihak swasta seperti Indofood CBP, untuk bersinergi mendukung upaya menekan angka kemiskinan dan stunting," kata Kepala Disketapang Pekanbaru Maisisco, Senin (23/12/2024).
Kota Pekanbaru merupakan salah satu daerah dengan jumlah sisa makanan tertinggi di Indonesia. Data dari Bappenas menunjukkan bahwa setidaknya 40 persen dari total sampah yang dihasilkan masyarakat masuk dalam kategori sisa makanan.
"Angka yang besar ini berbanding terbalik dengan kondisi riil di masyarakat Kota Pekanbaru. Masih banyak warga yang hidup di bawah garis kemiskinan dan masih terdapat kasus stunting pada balita. Dengan menekan angka food loss dan food waste, kami berharap bisa mengurangi potensi sampah makanan," ungkap Maisisco.
Pemko Pekanbaru bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) telah membentuk Bank Pangan. Makanya, ia mengajak Indofood untuk bergabung dalam upaya mengurangi wilayah rentan rawan pangan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dan langkah-langkah kolaboratif lainnya.
"Pada tahun 2021-2022, Pekanbaru masih memiliki 21 daerah rentan rawan pangan. Jumlah ini turun menjadi 9 daerah pada tahun 2022-2023. Upaya penanggulangan daerah rentan ini dapat dilakukan dengan melibatkan pihak swasta serta dukungan infrastruktur dari pemerintah," jelas Maisisco.
Ia juga menggarisbawahi bahwa sebagai daerah yang mengandalkan pasokan pangan dari luar Riau. Pekanbaru sangat rentan terhadap fluktuasi harga komoditas pangan yang dapat memicu inflasi jika pasokan terputus.
Sementara itu, Manajer Operasional PT Indofood CBP Candra Wangi mengapresiasi kunjungan Disketapang Pekanbaru. Perusahaannya mendukung langkah pemerintah untuk mengurangi boros pangan dalam aktivitas industri.
"Kebijakan perusahaan kami membatasi jumlah food loss yang dihasilkan dari pengolahan hingga maksimal 0,1 persen. Jika bisa menekan di bawah 0,1 persen, karyawan akan mendapatkan insentif tambahan. Ini adalah salah satu upaya perusahaan untuk menekan sisa penggunaan bahan," jelasnya.