Dinkes Pekanbaru Jelaskan Kesalahan Isi Data Pasien Corona ke DPRD, Nama Mirip dan Tinggal Satu Atap

Dinkes Pekanbaru Jelaskan Kesalahan Isi Data Pasien Corona ke DPRD, Nama Mirip dan Tinggal Satu Atap

20 Oktober 2020
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Dokter Zaini Rizaldy. Foto: Surya/Riau1.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Dokter Zaini Rizaldy. Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM -Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru telah dilaporkan keluarga pasien ke Polda Riau akibat tidak teliti mengisi data pasien positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Ternyata, si pasien memiliki nama yang nyaris mirip dengan saudara kandungnya dan tinggal satu atap di Kecamatan Rumbai.

"Kami rapat dengar pendapat (hearing) dengan Komisi III terkait laporan salah seorang warga ke Polda Riau. Warga itu melaporkan bahwa kami dituding bekerja sama dengan rumah sakit mengubah status orang tuanya sebagai pasien Covid-19," kata Sekretaris Dinkes Pekanbaru Dokter Zaini Rizaldy di Gedung DPRD, Selasa (20/10/2020).

Dalam rapat dengar pendapat itu, Dokter Bob (sapaan akrabnya) menjelaskan kepada Komisi III bahwa Dinkes tidak ada niat sedikit pun mengubah status pasien penyakit biasa menjadi pasien Covid-19. Hal itu terjadi semata-mata akibat kesalahan dalam mengisi data.

"Pasien yang meninggal kemarin adalah Wisyamsiwarti ternyata mempunyai saudara kandung atau adiknya bernama Wisyamsiwarli. Jadi, datanya memang sangat mirip," ungkapnya.

Beda nama dua saudara kandung ini hanya satu huruf yaitu T dan L. Kemudian, keduanya tinggal dalam satu rumah di Kecamatan Rumbai.

Diberitakan sebelumnya, seorang warga Kelurahan Umbansari, Kecamatan Rumbai, pingsan di kamar mandi akibat sakit di kala usia senja. Namun, si pasien malah dinyatakan terindikasi corona akibat temuan cairan di saluran pernafasannya.

Wawan, salah seorang anak pasien, menceritakan kronologi kondisi ibunya dalam Podcast Riau24, Selasa (7/10/2020) malam. 

"Pada 21 September, kondisi kesehatan orang tua saya sudah menurun. Memang, beliau sakit dan dirawat di rumah selama ini," katanya.

Si ibu berinisial W itu sakit karena usia di umur 66 tahun. W ditemukan pingsan di kamar mandi pukul 11.00 WIB pada 21 September.

Semua saudara diundang ke rumah. Hal ini guna menjelaskan kondisi si ibu. 

Hasil musyawarah keluarga, si ibu dibawa ke Rumah Sakit Ibnu Sina Pekanbaru. Si ibu tiba di rumah sakit pukul 14.00 WIB. Sebelum menjalani perawatan, kesehatannya diperiksa. Si ibu dinyatakan tidak ada tertular virus corona.

"Kemudian, ibu saya dimasukkan ke ruang perawatan umum, kelas 2 nomor 16. Pada 24 September, ibu saya menjalani pemeriksaan," ungkap Wawan.

Pada 25 September, ibunya menjalani cuci darah. Namun, kondisinya stabil.

Pada 26 September, ibunya dirontgen lagi karena kondisinya menurun. Hasilnya menurut dokter, ada cairan di paru-paru.

"Mereka mengatakan ada indikasi corona. Padahal, si ibu sudah mau dibawa pulang ke rumah. Kami persilakan dibawa ke ruang isolasi pasien Covid-19," cerita Wawan.

Kondisinya stabil saat di ruang isolasi pada 27 September. Saat itu, si ibu menjalani swab test.

Pada 28 September, ibunya kembali menjalani cuci darah pukul 15.00 hingga pukul 20.00. 

"Setelah itu, ibu koma. Itu cuci darah kedua," ungkap Wawan.

Si ibu meninggal dunia sekitar pukul 23.15 WIB pada 28 September. Hasil swab test pertama diterima pada 29 September pukul 09.00 WIB.

"Hasilnya negatif. Kemudian, kami diberitahu akan dilakukan swab test kedua," ucap Wawan. 

Keluarga diberi pilihan agar mayat dapat segera dikuburkan. Keluarga memilih opsi kubur cepat karena jenazah si ibu sudah terlalu lama di RS Ibnu Sina.

"Ibu kami dikuburkan dengan prosedur pasien Covid-19. Jenazah beliau dikuburkan ke tempat pemakaman khusus korban Covid-19 di Kelurahan Palas, Kecamatan Rumbai. Usai dikuburkan, hasil swab test kedua kami terima yaitu negatif corona," sebut Wawan.