Oleh: Zunnur Roin/ Founder BARU.ID (Barisan Perubahan Indonesia)
RIAU1.COM - Politik seakan menjadi momok, tidak mudah dipahami dan sulit di jalani, namun nuansanya merasuk dalam jiwa. Premis itu benar adanya. Faktanya, kejamnya politik, dapat mempengaruhi kesehatan mental. Celakanya politik, bisa merusak hubungan kekerabatan, menyincang tali hubungan darah, merenggang jarak hubungan baik.
Politik sebenarnya mulia, sebagai peretas jalan buntu demi dan untuk kepentingan bersama. Politik sebenarnya indah, sebagai medium untuk bertukar fikiran dalam rangka membudayakan serta menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan, menyandingkan perbedaan, bahkan merajut keterbelahan.
Syahdan, mengenang proses Pilkada serentak, khususnya di tanah lahirku tercinta, Rokan Hilir (Rohil), Riau. Berbagai pendapat telah kami ucapkan melalui catatan maupun komentar di beberapa media lokal. Semata menghalau tabiat buruk, menyampakkan sumpah serapah, hadir dengan peran yang sederhana namun berupaya untuk tidak mengingkari makna Politik yang sesungguhnya. Ada yang mengabaikan, ada pula yang bilang omong kosong, tapi fikiran adalah tolakk pangkal agar politik menemukan maknanya. Kendatipun, politik telah dipersempit maknanya hanya sebagai sebuah pertandingan merebut dan mempertahankan kekuasaan. Suatu makna yang dipahami hampir seluruh masyarakat politik kita.
Oleh karenanya, momentum Pemilu rentan dengan persinggungan. Dilalui dengan berbagai strategi dan model komunikasi, yang berorientasi kepada meraih suara terbanyak. Ada yang cerdas dan cermat menggunakannya, ada pula yang gagal dan justru menjadi bumerang, yang paling naif ada yang menipu daya. Hal tersebut tergambar jelas dalam konstelasi politik Rohil pada pilkada baru-baru ini.
Proses telah berlalu, dalam konteks Rohil kekinian, hemat saya meyakini subjektif figur jadi indikasi penting untuk memilih. Hal tersebut berlandaskan pada fakta objektif dalam kerangka membangun rohil dari semua sisi. Yakni memerlukan kepemimpinan yang tegar menentang badai, sportif, memiliki nurani kerakyatan yang kokoh, untuk selanjutnya terbuka dengan dinamika politik dan memahami bahkan berani mengambil resiko terhadap sirkulasi birokrasi pemerintahan yang belum mapan. Itu sebabnya, pilihan kami jatuh kepada Afrizal Sintong. Meskipun akhirnya, 57 persen masyarakat Rohil lebih dan telah menginginkan pilihan lain. Suatu keinginan yang harus kita hormati sekaligus menjadi “rujukan penting” bagi kita untuk menatap politik Rohil masa depan.
Selamat berbuat banyak, terukur dan langgeng kami ucapkan kepada Haji Bistamam dan Bung Jhoni Charles. Terhadap kedua figur ini, kami belum berkenalan serius, tapi telah berkenalan jauh tanpa berjabat, tanpa bertatap sembari berbincang lama, kami dikenalkan oleh sebuah dua buah historis masa lalu. Kami doakan Rohil ditangan tuan-tuan sekalian menemukan hikmah dalam bentuk yang tak kita tahu, serta sukses menunaikan umpatan dan harapan selama masa kampanye yang lalu, (Sambil tersenyum manis).
Oleh: Zunnur Roin/
Founder BARU.ID (Barisan Perubahan Indonesia)