Luar Biasa, Remaja Ini Berusaha Memecahkan Masalah Sampah Elektronik di Indonesia

Luar Biasa, Remaja Ini Berusaha Memecahkan Masalah Sampah Elektronik di Indonesia

10 Juli 2018
Ilustrasi Sampah Elektronik

Ilustrasi Sampah Elektronik

Riau1.com - Peningkatan penggunaan teknologi selama beberapa tahun terakhir telah menciptakan masalah lingkungan yang baru untuk embuang limbah elektronik. Meskipun subjek e-waste bukanlah hal baru di negara ini, orang-orang baru mulai tertarik dengan hal tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Bagi Rafa Javar, tidak pernah ada kata terlambat untuk menyebarkan kesadaran tentang e-waste. Dikenal sebagai RJ di antara teman-temannya, bocah berusia 15 tahun yang belajar di Labschool Kebayoran, mulai mengambil bagian dalam environmentalisme ketika dia masih sangat muda.

Ketika ia bersekolah di SD Cikal Jakarta, Rafa semakin tertarik dengan masalah e-waste.

“Ini menjadi gairah bagi saya untuk mengumpulkan perangkat elektronik dan membuat pengaturan komputer di rumah saya. Bagi saya, itu adalah sesuatu yang keren untuk dilakukan, hingga salah satu elektronik saya rusak dan saya mulai bertanya-tanya.

“Apakah ada efek yang dibawa ke lingkungan? Ke mana ini pergi? Dan jika seseorang mengambilnya di tempat sampah, apa yang akan dia lakukan dengan sampah elektronik itu? ”

Saat berusia 11 tahun, ia merilis buku pertamanya, bernama E-Waste: Sampah Elektronik (E-Waste: Electronic Trash) dan mendirikan sistem drop box di seluruh Jakarta. Siapa pun dapat menggunakan kotak drop ini untuk membuang limbah elektronik mereka. Kotak-kotak tersebut dikosongkan oleh organisasi tempat dia bekerja, Badan Lingkungan Hidup Jakarta dan PT Teknotama Lingkungan Internusa, yang menawarkan layanan pengelolaan limbah industri.

“Setelah e-waste dikumpulkan, itu diurutkan. Dari sana, ia dipecah dan dipisahkan lebih jauh oleh material. Sekarang karena barang-barang elektronik dipecah menjadi bahan-bahan dasarnya, perusahaan dapat menggunakan komponen-komponen itu untuk membuat lebih banyak barang elektronik atau untuk dijual ke perusahaan lain. Akhirnya, saya menerima Sertifikat, yang bertindak sebagai daftar hal-hal yang diproses, ”kata Rafa.

Baru-baru ini, ia merilis buku keduanya, Sampah Baterai, yang mana diluncurkan dalam acara di kantor Kongres Wanita (KOWANI) di Jakarta Pusat. Dia berkonsentrasi pada efek baterai yang dibuang pada lingkungan, berbagai jenis baterai dan pilihan yang berbeda yang tersedia bagi orang untuk mendaur ulang baterai yang dibuang.

Selama peluncuran, Rafa memamerkan penelitian yang ia lakukan pada baterai yang dibuang dan potensi dampak negatifnya terhadap kehidupan banyak orang Indonesia.

“Banyak baterai mengandung bahan B3, yang artinya bahan beracun. Ada banyak contoh seperti merkuri, timbal dan kromium. Inilah yang membuat sampah elektronik sangat berbahaya. Sebagai contoh, timbal mempengaruhi sirkulasi darah banyak orang ketika dibakar. Membakar sampah plastik sudah buruk bagi lingkungan dan kesehatan banyak orang. Bayangkan pembakaran limbah elektronik. ”

Tuti Hendrawati, seorang ahli di bidang kebijakan pengelolaan limbah di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan bahwa baterai berbahaya tidak hanya dalam bahan kimia yang dipancarkan tetapi juga risiko yang ditimbulkan kepada manusia. Baterai isi ulang cenderung terlalu mahal, yang dapat menyebabkan ledakan berbahaya, katanya.

Sonia Umar Buftheim, seorang peneliti di Bali Fokus Foundation, juga mengulangi konsekuensi dari peningkatan e-waste.

“Pada tahun 2012, data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 12 juta ton e-waste hanya dari kulkas dan televisi,” kata Sonia.

Rafa, yang akan memulai sekolah menengah di Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah, mengatakan bahwa ia prihatin dengan pertumbuhan e-waste di negara ini dan rendahnya rasa tanggung jawab orang ketika harus membuangnya.

“Minat kami dalam membeli perangkat baru setiap tahun sangat tinggi. Jika Anda membeli iPhone X baru, ke mana perginya iPhone 8 Anda? Di mana iPhone 7 Anda pergi? "

Rafa mengatakan dia yakin bahwa pemuda dapat membuat perbedaan dan tindakan mereka dapat tumbuh menjadi gerakan yang lebih besar.

“Saya adalah bagian dari pemuda Indonesia, dan saya yakin bahwa suara pemuda jauh lebih keras. Saya menolak untuk duduk-duduk dan membiarkan lingkungan dihancurkan oleh teknologi."

 

Inilah daftar beberapa lokasi tempat pembuangan sampah elektronik milik Rafa :

- Sekolah Dasar Cikal

- Sekolah Menengah Pertama Cikal Amri Setu

- Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Pertama Labschool Kebayoran

- Stadion Gelora Bung Karno

- Sekolah Kesehatan Masyarakat (Universitas Indonesia)

- Canisius College

- Goni Coffee

- Keluarga Gereja Kudus

 

 

 

R1/wer