Tabrani Rab
RIAU1.COM - Awalnya, saya tak banyak mengetahui langsung cerita tentang seorang Tabrani Rab. Dulu, ayah saya hanya pernah bercerita. Di Rumah Sakit miliknya, kakek saya wafat . Oleh karena itulah, dengan latah ayah saya pernah berfatwa : "Kalau saya sakit, jangan bawa ke rumah sakit". Fatwa itu berangkat dari trauma yang tak perlu saya sebutkan alasannya apa.
Secukupnya, menyinggung kisah itu di awal tulisan ini hanya ingin menerangkan bahwa selanjutnya Alm. Ayah saya juga mengatakan : Tabrani Rab itu bertali keluarga dengan kita. Jujur saja, bagaimana pertaliannya saya tak tau persis. Bagaimanapun itu, saya tentu berdecak kagum, bilamana orang yang selalu saya lihat wajah dan tulisannya di salah satu rubrik koran terkemuka Riau Pos itu, adalah seorang dokter sekaligus aktivis, yang dilabelkan heroik sebagai pejuang Gerakan Riau Merdeka. Ia keluar dari batas-batas normatif keilmuannya, dan masuk kerelung persoalan budaya, ekonomi, sosial dan politik masyarakat Riau.
Barulah saat bergelut dalam dunia gerakan mahasiswa, nama beliau santer disebut dalam forum-forum diskusi. Sejak itu, saya cukup berkenalan baik dengan pikiran-pikirannya, bukan orangnya. Sebab beliau telah lama terbaring tak sehat hingga akhirnya berpulang kepangkuan-Nya kemarin (14-08-2022). Ingin sekali rasanya untuk dapat berhadapan langsung, berdiskusi dalam semangat yang sama menggelisahi ketertindasan Riau secara struktural, dan bersama-sama membangun kembali gerakan dengan format yang baru untuk menjawab kebuntuan gerakan yang pernah beliau dan kawan-kawannya perjuangkan dulu.
Dewasa ini, khususnya pasca reformasi, narasi yang pernah digaungkan itu tampaknya akan menghadapi tantangan berat. Disaat bangunan sistem dan budaya politik Indonesia telah masuk pada fase demokratisasi yang bertumbuh. Saya berpendapat bahwa etnonasionalisme hampir punah dengan wajah baru primordialisme yang Nasionalistik. Meskipun belum sempurna, keberdayaan daerah telah diberikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sehingga, faktor-faktor yang misalnya menyebabkan Aceh bergejolak, Papua bergejolak, justru dapat dikendalikan oleh superioritas Negara.
Namun, Riau Merdeka masih dapat dimaknai sebagai satu komoditas isu yang tak boleh terhenti. Ia merupakan cara pandang untuk menilik keadilan dalam kerangka perlawanan yang tak boleh layu dan lesu. Aktivisme Riau hari ini harus mampu menelurkan semangat Tabrani Rab itu, setidaknya mengevaluasi dan mengoreksi problematika domestik Riau yang pasti dipicu oleh masalah struktural. Bukankah kita (melayu) berpegang dengan satu frasa "Raja Alim Raja Disembah, Raja Zalim Raja Disanggah".
Akhirnya, marilah kita menadahkan tangan seraya berdoa, untuk kebaikan akhirat sang Pejuang. Yang pernah bertungkus lumus menaikkan harkat dan martabat anak negeri, dengan segala kebijaksanaannya dan kelalaiannya sebagai manusia. Selamat Jalan Prof. Tabrani.
Oleh: Zunnur Roin (Anak Jati Riau/Sekjend PB HMI MPO)