Panjang Pendek PPKM Level Empat

10 Agustus 2021
Dahlan Tampubolon

Dahlan Tampubolon

RIAU1.COM -Pemerintah melakukan perpanjangan PPKM level 4 hingga 16 Agustus 2021. Namun bagi wilayah luar Jawa-Bali, PPKM lebih panjang lagi, hingga 23 Agustus 2021.  Satu fenomena yang dirasakan menyesakkan bagi masyarakat di luar Jawa.

Dilihat dari sebaran kasus Covid19, 10 daerah tertinggi masih didominasi provinsi di Jawa-Bali, di luar Pulau itu ada Kalimantan Timur (urutan ke-5) dan Riau dan Sulawesi Selatan (ururtan ke-8 dan ke-9).  Lalu kenapa di Jawa-Bali yang notabene pengisi daftar tertinggi hanya diperpanjang seminggu sementara di luar Jawa-Bali lebih panjang lagi?

Saya tak begitu memperhatikan perkembangan dari sisi jangkitan atau kasus, tapi melihatnya sedikit dari sisi ekonomi.  Hari Raya Idul Fitri lalu, yang setengah longgar setengah ketat, telah berhasil memacu pertumbuhan triwulan 2 (y o y) sekitar 7,07%.  Sebagian orang terkesima dengan pertumbuhan itu, sebagian lainnya menganggap malah lambat.  Meleset bukan melesat.

Lalu kaitannya dengan PPKM luar Jawa-Bali?  Respon ekonomi atas pengetatan terasa pada tertekannya ekonomi nasional.  Pelonggaran sedikit, membawa angin segar bagi pertumbuhan. Wilayah mana yang betul-betul tumbuh secara statistik ekonomi? Paling tinggi itu ada di PAPA MAMA tumbuh 8,75% (Papua Papua Barat, Maluku Maluku Utara) dan Sulawesi tumbuh 8,51%. Tapi kedua wilayah itu hanya berkontribusi sekitar 9% dari PDB nasional.

Coba kita tengok Jawa.  Kontribusi ekonomi Jawa terhadap ekonomi nasional mencapai 57,92% dengan pertumbuhan mencecah angka 7,88%. Fenomena ini bisa kita fahami betapa pentingnya ekonomi pulau Jawa, baik dari ukuran maupun pertumbuhan pada triwulan 2 yang lalu.  Wajar Pemerintah melirik mesin pertumbuhan itu adanya di sana. Ini di luar kasus Covid19 yang kita bicarakan di atas tadi.

Lho koq Bali dimasukkan dalam periode PPK yang satu minggu?  Kalau kita melihat kontribusi Bali Nusra, memang kecil.  Tapi kita lihat kontribusi pembentuk pertumbuhan ekonomi nasional.  Konsumsi pemerintah mendorong konsumsi masyarakat.  

Mobilitas masyarakat memberi efek ganda bagi ekonomi.  Dari sisi konsumsi masyarakat, fenomena pertumbuhan belanja untuk transportasi dan komunikasi tumbuh 10,59% dan restoran hotel tumbuh 16,79%.

Secara agregat, pertumbuhan sektoral angkutan dan pergudangan tumbuh 25,10% dan lebih menakjubkan sub sektor angkuta udara tumbuh 137,74%.  Demikian pula dengan penyediaan akomodasi tumbuh 45,07%. Kita fahami bersama sektor-sektor ini merupakan sumber PDRB bagi Bali, maka dengan memberi peluang PPKM yang lebih singkat, diharapkan mampu membangkitkan ekonomi Bali.


Dahlan Tampubolon (Dosen Ekonomi UNRI)