Hasan Tiro (tengah) (Foto: Istimewa/internet)
RIAU1.COM - Hasan Tiro pria bernama lengkap Dr. Teungku Hasan Muhammad di Tiro, M.S., M.A., LL.D., Ph.D. orang pertama yang menginginkan Aceh merdeka lahir hari ini tahun 1925.
Dia mangkat di Kota Banda Aceh, Aceh pada 3 Juni 2010 di usia 84 tahun. Salah satu sepak terjangnya pernah membuat konflik berkepanjangan antara Aceh dengan Indonesia selama 29 tahun dinukil dari kumparan.com, 25 September 2020.
Dibawah perintahnya ia membuat Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang pernah di kendalikanya dari Indonesia, Amerika Serikat hingga memimpin pemberontakaan dari Alby, Norsborg, Swedia.
Bahkan sepanjang hidupnya dia telah membentuk kabinet yang terdiri dari nama-nama seperti Muchtar Hasbi, Zaini Abdullah, Husaini Hasan, Zubir Mahmud, Amir Ishak, Tengku Ilyas Leubè, Tengku Muhammad Usman Lampoih Awe, Malik Mahmud, Amir Rasyid Mahmud, dan komandan tentara Daud Husin alias Daud Paneuk serta Keuchik Umar.
Setelah perundingan di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005 silam, Aceh dan Indonesia berjanji untuk tak lagi mengulang gesekan.
Semua aksinya dimulai saat Hasan Tiro kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Columbia, Amerika Serikat dan bekerja pada dinas penerangan delegasi Indonesia di PBB.
Sebuah kejadian pembunuhan ratusan masyarakat Aceh dalam perang DI/TII di Aceh mengubah hidupnya pada 1954.
Insiden itu dikenal sebagai tragedi Pulot Cot Jeumpa, di kawasan Leupung Aceh Besar. Saat itu, ratusan warga dibunuh tentara pemerintah karena dikaitkan dengan pemberontakan DI/TII.
Peristiwa diberitakan beberapa media nasional seperti Indonesia Raya. Lalu ditulis kembali oleh media terbitan luar negeri seperti New York Times, Washington Post yang terbit di Amerika Serikat.
Membuat Hasan Tiro menilai pembunuhan massal itu sebagai bentuk genosida. Dia melancarkan protes ke pemerintah Indonesia, mengirim ultimatum kepada Perdana Menteri (PM) Indonesia melalui surat terbuka.
Surat tersebut kemudian membuat heboh Indonesia, apalagi surat itu disiarkan oleh beberapa surat kabar Amerika dan beberapa surat kabar di Indonesia terbitan Jakarta.
Dalam surat itu, secara terang-terangan Hasan Tiro mengatakan bahwa kabinet Ali sastroamidjojo, telah menyeret bangsa Indonesia ke dalam lembah reruntuhan ekonomi, politik, perpecahan, dan perang saudara. Bahkan Hasan Tiro melaporkan kejadian itu ke agenda PBB.
Pemerintah Indonesia kemudian mencabut kuasa diplomat Hasan Tiro. Tak lama kemudian beliau balik arah dan mendukung DI/TII.
Pemerontakan DI/TII berakhir dengan damai pada 9 Mei 1962. Aceh kembali seperti semula, bahkan berstatus Istimewa.
Setelah itu Hasan Tiro hidup mapan di New York sebagai pengusaha. Seiring waktu, gerakan kemerdekaan Aceh dideklarasikan.
Persoalan ketidakadilan dan kesejahteraan yang belum didapat warga Aceh menjadi dasar utama, berbanding terbalik dengan kekayaan alam Aceh.
Hasan Tiro mencoba pulang kembali ke Aceh dari Amerika, tapi tak diizinkan Indonesia. Baru pada 30 Oktober 1976, dia berhasil masuk Aceh dengan sebuah kapal motor kecil melalui perairan Pasi Lhok, Kecamatan Kembang Tanjong, Pidie.
Sejak itu, Hasan Tiro naik gunung, hingga akhirnya mendeklarasikan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976.