Berbekal 1 Paru-Paru, Jenderal Sudirman Hapuskan Penjajahan Sekaligus Pemberontakan di Indonesia

Berbekal 1 Paru-Paru, Jenderal Sudirman Hapuskan Penjajahan Sekaligus Pemberontakan di Indonesia

13 Juli 2020
Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno (foto: Istimewa/internet)

Jenderal Sudirman dan Presiden Sukarno (foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Akibat gangguan pernapasan karena kegemaran menghisap tembakau, setengah paru-paru Jenderal Sudirman harus dibuang.

Meskipun harus bernafas dengan satu paru-paru, sepak terjangnya mengusir penjajahan Belanda dan pemberontakan tak pernah surut dinukil dari vivanews.com, Senin, 13 Juli 2020.

Semua bermula ketika Panglima Besar TNI ini diawal perjuangannya hanya dibekali dengan laskar-laskar kecil. Belum lagi munculnya duri dalam daging membuat laskar-laskar tersebut tak pernah rukun.

Namun setelah berhasil mendirikan TNI, barulah Sudirman sedikit bisa bernafas lega. Negar akhirnya memiliki tantara. Laskar-laskar yang tak pernah rukun itu sukses membaur menjadi satu.

Setelah TNI terbentuk pada Mei 1947, permasalahan kembali datang dengan kemunculan penjajah Belanda. Sudirman menginginkan menempuh jalur militer, namun pemerintah lebih memilih diplomasi.

Loading...

Sayang jalur yang disebut perjanjian Linggarjati itu malah membuka jalan Belanda lebih leluasa menjajah Indonesia melalui agresi militer pada 21 Juli 1947.

Disaat yang sama gerakan oposisi bertambah kuat ketika Musso, seorang komunis yang kembali ke Indonesia mengobrak-abrik Nusantara bersama PKI.

Partai Komunis ini melancarkan pemberontakan di Madiun, Belanda menyerang, Sudirman malah terbaring lantaran baru saja menjalani operasi karena kehilangan satu paru-parunya.

Berkat kewibawaan, Panglima Besar Soedirman berhasil menyelesaikan dua masalah itu sekaligus.