Ilustrasi
RIAU1.COM - Program Kartu Prakerja pemerintah menuai antusiasme tinggi dari masyarakat, terlihat dari banyaknya yang mendaftar program pelatihan tersebut, melampaui prediksi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Pemerintah pun telah membuka pendaftaran kartu prakerja gelombang kedua, setelah sebelumnya di gelombang pertama menerima 168.111 peserta dari target awal 200 ribu peserta.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari menuturkan, jumlah ini berubah karena sisa dari target tersebut mengalami kegagalan atau tidak lolos.
"Sebab, ternyata ada sistem mekanisme verifikasi data kembali untuk menyaring 200 ribu orang tersebut agar tepat sasaran," tutur Deni.
Denni menjelaskan, pertama, pihaknya akan mengecek dahulu terkait NIK (Nomor Induk Kependudukan) atau nomor telepon. Ini untuk memastikan kembali apakah data terutama NIK sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan pemerintah.
"Verifikasi NIK, apakah NIK itu ada, usia 18 [tahun] tidak. itu verifikasi layer 1," ucapnya Denni.
Kedua, manajemen akan mengecek server kementerian pendidikan mengenai peserta apakah masih kuliah maupun sekolah. Ketiga, mengecek foto selfie dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk) untuk memastikan itu benar-benar peserta.
Ia mengungkapkan kalau mekanisme ini menyaring dari 200 ribu menjadi 168.111 peserta, jadi yang 30 ribu orang gagal ini kebanyakan tidak lolos karena kualitas selfie-nya kurang bagus dan tidak terbaca dalam sistem face recognition (teknologi pengenalan wajah).
"Di sini penting untuk diketahui bisa jadi karena itu cara mengambil selfie-nya kurang tepat misalkan satu blur, yang kedua pakai kacamata, yang ketiga kupingnya nggak kelihatan, yang keempat miring, yang kelima berbayang-bayang atau gelap, keenam pakai topi. Itu kemudian membuat face recognition-nya kurang berhasil," kata dia.
Nantinya peserta yang belum lolos pada tahap ini dapat dengan mudah mendaftar kembali hanya dengan mengunggah ulang foto tanpa perlu memasukkan data dari awal.
"Mohon maaf kami belum bisa menyesuaikan prosedur atau user journey-nya bagi yang tidak lolos di face recognition-nya untuk kemudian diulang prosesnya hanya pada foto, tidak perlu menginput data-data lagi," tukasnya.
Sumber: CNBCIndonesia