SBY;Selama Jadi Pemimpin Negera Saya Tidak Pernah Penjarakan Masyarakat yang Menghina Presiden

11 April 2020
Presiden ke-6 SBY/net

Presiden ke-6 SBY/net

RIAU1.COM -JAKARTA- Mantan Ketua Umum Demokrat dan juga Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhono (SBY) mengajak masyarakat agar tidak berkomentar yang melampaui batas terhadap kinerja Pemerintah Joko Widodo. Sebab kata dia, kebebasan berbicara yang dijamin oleh konstitusi dan undang-undang itu tetap ada batasnya.

Dia mengatakan, masyarakat yang baik dan cerdas akan tetap bisa menyampaikan pendapat dan kritik-kritiknya, tanpa harus melakukan penghinaan, hujatan dan caci maki yang kasar dan melampaui kepatutannya.

“Saya berpendapat, di negeri ini siapapun bisa mengutarakan pandangan bahkan mengkritik secara lugas dan terbuka. Namun, tetaplah pandangan dan kritik itu disampaikan dengan kata-kata yang “berkeadaban”. Kata SBY melalui artikelnya dirilis di akun facebooknya, Rabu (8/4).


 
SBY mengatakan, sejauh ini pemerintah telah berupaya keras dalam penanganan corona. Namun jika terus-terus mendapat hinaan dari masyarakat, maka menurut SBY itu bisa ada ganjaran dengan penalti hukum.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini lantas menceritakan pengalamannya sewaktu menjadi Presiden selama 10 tahun. Banyak cacian dan fitnah yang ditujukan kepadanya. Termasuk ketika pihaknya sedang menangani dampak krisi.

“Mungkin sebagian masyarakat masih ingat ketika saya sedang mengemban amanah sebagai Presiden dulu. Saya juga mengalami nasib yang sama. Bahkan lebih pahit pengalaman hidup yang saya alami. Lebih “sadis” cacian dan hinaan yang ditujukan kepada saya dulu,” ujar SBY.

SBY menceritakan, ketika itu sedang ada krisis ekonomi. Dia dan jajaran pemerintahannya tengah bekerja keras, siang dan malam. “Terus terang saya juga tegang, letih dan takut kalau Indonesia tidak selamat. Kalau ekonomi Indonesia jatuh lagi, betapa kasihan nya rakyat kita.” Ungkapnya


 
“Nah, dalam suasana seperti itu, secara bertubi-tubi dan di banyak tempat saya diserang dan dihina. Di parlemen, di media massa, dan di jalanan dengan macam-macam unjuk rasa. Kata-katanya sangat kasar dan menyakitkan. Beberapa kali isteri tercinta menangis.” Ungkap SBY.

Namun demikian, SBY tak ambil pusing, dia juga tidak memenjarakan mereka yang dengan keras melontarkan hinaan dan caci maki. “Saya dulu tidak pernah mempolisikan mereka-mereka yang menghina saya, (lain halnya kalau memfitnah).” Kata dia.

Melalui artikel itu, SBY menyerukan agar apa yang pernah masyarakat lakukan terhadapnya, agar tidak diulangi kepada pemerintah sekarang. “Janganlah dilakukan kepada pemimpin-pemimpin yang lain. Meskipun saya dulu kuat dan sabar, bagaimanapun cacian dan hinaan yang melampaui batas itu tidak baik. Tidak baik jika terjadi di negara Pancasila ini. Di negara yang berke-Tuhanan ini.” Pungkasnya. (Fajar)