Harga Beras Medium Dijual di Atas HET, Rp11.000 per Kg Sepanjang 2019

1 Januari 2020
Buruh angkut sedang memikul sekarung beras. Foto: Detik.com.

Buruh angkut sedang memikul sekarung beras. Foto: Detik.com.

RIAU1.COM -Pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras. Aturan tersebut dibuat untuk menjaga stabilitas harga beras, serta keterjangkauan harga beras di konsumen.

Rinciannya, untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan (Sumsel), Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi, HET beras medium Rp9.450 per kilogram (kg). Sedangkan, untuk wilayah Sumatera selain Sumsel, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan, HET beras medium Rp9.950/kg. Kemudian, untuk wilayah Maluku dan Papua, HET beras medium Rp10.250/kg.

Namun, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan), harga beras medium rata-rata nasional per hari Selasa (31/12/2019), sebesar Rp11.085/kg, atau lebih tinggi Rp 1.635/kg untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi. Lalu, selisih Rp1.135/kg untuk wilayah Sumatera selain Sumsel, NTT, dan Kalimantan dan juga selisih Rp835/kg untuk wilayah Maluku dan Papua.

Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Kementan Risfaheri membenarkan hal tersebut. Menurutnya, harga beras medium rata-rata di atas HET, dan stagnan sepanjang tahun 2019.

"Sebenarnya memang dari awal tahun harga beras medium itu kebanyakan di atas HET. Harga tersebut merupakan harga rata-rata nasional. Memang harga beras medium di pasar sebagian di atas HET," kata Risfaheri dikutip dari Detik.com, Selasa (31/12/2019).

Namun, menurutnya ada beberapa pedagang di pasar yang menjual beras sesuai HET. Oleh sebab itu, Kementan juga mencatatkan data harga beras medium termurah. Contohnya di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta, harga beras medium termurah berada di level Rp8.900/kg. Sedangkan harga normalnya hari ini di pasar tersebut Rp 9.300/kg.

"Memang sejak awal tahun jarang yang di bawah HET. Beras medium yang banyak dibeli harganya di atas HET. Tapi ada juga beras yang di bawah itu harganya," papar dia.

Selain itu juga, melihat grafik perkembangan harga beras medium rata-rata nasional dan Pulau Jawa di tingkat konsumen, menunjukkan stabilnya harga sejak Januari 2019 hingga 29 Desember 2019.

Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Risfaheri mengatakan, biaya produksi beras medium memang tak berbeda jauh dengan beras premium. Sehingga, tingginya biaya produksi menyebabkan harganya di atas harga eceran tertinggi (HET).

"Ya memang sebetulnya, medium dengan premium dari sisi produksinya biayanya tidak terlalu jauh karena cenderung menghasilkan ke premium, dan memang mutunya beras medium itu bagus, medium plus," jelas Risfaheri.

Sementara, untuk pasokan beras medium dalam negeri, menurut Kementan tak ada masalah. Begitu juga dengan permintaan masyarakat masih dalam taraf normal.

Sehingga, dari sisi supply dan demand tak menyebabkan stagnannya harga beras medium nasional di atas HET tersebut. Selain itu, rantai pasok beras pun tak memberikan dampak pada harga beras medium tersebut. Menurut Risfaheri, rantai pasok beras tak terlalu panjang.

Sejauh ini, menurutnya masyarakat pun tak mengeluhkan harga beras medium berada di atas HET. Sehingga, Satgas Pangan pun masih memberikan toleransi dalam peredaran beras medium dalam negeri ini.

"Tapi kan kadang-kadang Satgas Pangan juga, toh masyarakat nggak mengeluhkan ya dibiarkan saja. Ada toleransi. Tapi sebenarnya kalau masyarakat ingin membeli yang murah pun ada. Sesuai HET ada di pasar. Dan Bulog juga melakukan operasi pasar," pungkas dia.

Perlu diketahui, berdasarkan data dari Kementan, harga rata-rata beras medium di tingkat penggilingan per minggu ke 4 November yakni sebesar Rp10.470/Kg. Secara rinci, harga tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat Rp12.340/kg, dan terendah Rp 8.903/kg di Provinsi Sulawesi Tengah.

Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Risfaheri menuturkan, jika pemerintah menaikkan HET, risikonya besar. Dikhawatirkan, harga beras di level konsumen pun ikut naik.

"Kalau pemerintah menaikkan HET, itu cenderung di pasar harganya naik lagi. Jadi pelaku pasar itu juga sering begitu. Kita naikkan, dia naikkan juga harganya, bukannya menetap. Jadi setiap pemerintah menaikkan harga, dia naikkan juga harganya," kata Risfaheri.

Meski begitu, Kementan terus meninjau pergerakan harga beras di level konsumen. Dalam hal ini juga, Kementan terus berkoordinasi dengan Satgas Pangan dan juga Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Menurutnya, memang selama ini Satgas Pangan tak memberikan tindakan keras terhadap penjual beras medium di atas HET. Pasalnya, sejauh ini memang tak ada keluhan dari masyarakat.

"Itu kan tergantung Satgas Pangan. Mungkin mereka memilih dari pada gaduh ya. Masyarakat masih biasa saja, kecuali respons masyarakat nggak enak ya mungkin turun. Tapi kan selama ini masyarakat tidak mempermasalahkan. Lagi pula kalau ada beras yang lebih murah ada juga kok," terang Risfaheri.

Untuk itu, pihaknya juga terus menggelar pasar murah untuk menjaga stabilitas harga pangan, terutama beras. Dalam gelar pasar murah itu, Kementan menjual beras medium dari Toko Tani Indonesia yang dibanderol Rp 8.800/kg.

"Kita selama menjelang hari besar keagamaan selalu ada Gelar Pasar Murah. Seperti sekarang menjelang Natal dan Tahun baru, terutama di wilayah-wilayah yang merayakannya. Beras tentunya ada. Kami punya beras dari Toko Tani Indonesia itu harganya hanya Rp 8.800/kg kita jual. Jadi masyarakat tinggal pilih sebenarnya," tutur dia.