Bukti Ratusan Tahun Lalu Kabut Asap Selimuti Nusantara

Bukti Ratusan Tahun Lalu Kabut Asap Selimuti Nusantara

19 November 2019
Ilustrasi kabut asap (Foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi kabut asap (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Tahukah bahwa kepungan kabut asap di Pulau Sumatera dan Kalimantan sudah terjadi selama ratusan tahun lalu.

Kondisi seperti ini dicatat oleh para pejabat kolonial Belanda dan pengelana dikutip dari kisah William Marsden dalam History of Sumatra yang pertama kali terbit tahun 1783 dan historia.id, Selasa, 19 November 2019. Saat itu Marsden pernah bertugas sebagai pegawai sipil di East India Company atau Kongsi Dagang Inggris yang berpusat di Bengkulu pada 1771-1779. 

Selama itu dia berkelana meneliti etnografi dan kebiasaan suku-suku yang ada di pulau Sumatera. Marsden menemukan bahwa pada April-Mei menjelang musim kemarau petani memilih dan menandai hutan untuk ladangnya dengan meratakan pohon-pohon besar di hutan dengan memercikan api dari dua flint yang diadu. Api itu bersumber dari penggosokan dua potong kayu kering.

Pada kesempatan yang berbeda, kapal Josephine pada 6 Juli 1863 membongkar sauh di Kuala Sungai Deli. Kapal tersebut membawa Jacobus Nienhuys, wakil-wakil perusahaan dagang J.F. van Leeuwen & Co atau perusahaan tembakau Belanda di Surabaya.

Kedatangan Nienhuys cs menjadi pusat perkebunan di Timur. Sultan Deli menyewakan tanah dan hutan di Sumatera Timur untuk dikavling-kavling menjadi perkebunan tembakau saat itu. 

Hutan dengan cepat bertukar menjadi perkebunan karet dan sawit. Liberalisasi perkebunan semakin tumbuh subur seiring keluarnya Undang-Undang Agraria tahun 1870.

Dimana UU ini memberikan perlindungan istimewa pada para pengusaha yang akan menginvestasikan modal mereka di sektor perkebunan dan pertambangan dengan pola pembukaan lahan dan hutan tetap dengan cara dibakar.