Perjalanan Panjang Lagu Indonesia Raya

Perjalanan Panjang Lagu Indonesia Raya

2 November 2019
Ilustrasi WR Supratman (Foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi WR Supratman (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Penciptaan lagu Indonesia raya oleh WR Supratman yang iramanya hingga hari ini dapat didengar ternyata melewati perjalanan panjang.


Dimulai dari tulisan media bernama Indonesische Studieclub yang dipimpin oleh Sukarno dikutip dari historia.id, Sabtu, 2 November 2019 

Saat itu Sukarno mengatakan kehadiran lagu nasional sudah sangat diperlukan. Hasrat Supratman untuk menggubah lagu kebangsaan kemudian semakin bertambah.

Dalam proses menggubah lagu ini Supratman dibantu Theo Pangemanan, tokoh kepanduan yang mahir bermusik.

Ketika nadanya telah tercipta, dia langsung menetapkan judul 'Indonesia'. Sementara untuk liriknya mengambil inspirasi dari jargon dan ungkapan aktivis pergerakan yang akrab didengarnya dalam percakapan-percakapan di Gang Kramat.

Lagu Indonesia berkumandang pertama pada 1928 digelar di rumah milik Sie Kong Liong, Jalan Kramat Raya 106 Jakarta saat para pemuda pergerakan tengah sibuk mempersiapkan Kongres Pemuda II.

Supratman membawakan lagu itu dengan biolanya usai sidang pleno ketiga. Penampilannya mendapat sambutan hangat peserta kongres dan meminta lagu itu dinyayikan beserta liriknya.

Pada 10 November 1928, untuk pertama kalinya lagu Indonesia dipublikasikan dalam surat kabar berbahasa Melayu-Tionghoa, Sin Po, memuat lagu dan notasi Indonesia Raya pada edisi No. 293.

Pengusaha rokok kretek Moro Seneng di Tulungagung, Jawa Timur, juga memuat utuh syair lagu dalam buku peringatan lima tahun perusahaan kreteknya.

Tak hanya itu, Supratman juga menyebarluaskan lagunya dalam bentuk piringan hitam. Dia meminta bantuan temannya, Yo Kim Tjan.

Lagu Indonesia dalam sekejap menjadi lagu wajib yang hampir selalu dinyanyikan di setiap pertemuan-pertemuan organisasi.

Seiring dengan kian populernya di kalangan aktivis pergerakan, Supratman berinisiatif untuk mengubah judulnya menjadi 'Indonesia Raya'.

Untuk memeriahkan kongres kedua Partai Nasional Indonesia (PNI) di Jakarta, 18-20 Desember 1929. Supratman diminta memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan gesekan biolanya bersama suatu orkes.

Kongres PNI juga menetapkan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Selain itu, Kongres juga menetapkan bendera Merah Putih sebagai bendera nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Pada masa pendudukan Jepang, lagu Indonesia Raya setelah Maret 1942 dilarang. Memasuki 1944, tokoh-tokoh Indonesia diizinkan membentuk Panitia Lagu Kebangsaan. Mereka melakukan beberapa perubahan musikal serta susunan kata-kata syair lagu tanpa mengubah struktur, komposisi, dan tema.

Pasca kemerdekaan, tepatnya pada akhir tahun 1950, Jusuf Ronodipuro, kepala RRI studio Jakarta, meminta Jos Cleber, perantau asal Belanda, seorang pemain violin, trombon dan arranger musik yang piawai, menggubah partitur lagu Indonesia Raya untuk orkes filharmoni.

Tahun 1951, Cleber merampungkan aransemen baru Indonesia Raya dengan perekaman yang dibantu 140 pemusik gabungan dari ketiga orkes RRI serta menggunakan mikrofon Westrex dan tape recorder Philips.

Menurut Bondan, hasil aransemen Cleber diperdengarkan kepada Presiden Sukarno yang memunculkan perdebatan antara Sukarno dan Cleber. Cleber pun merevisi aransemennya hingga tiga kali. Versi yang terakhir ini kemudian dipakai hingga hari ini.