Dua Mahasiswa Tewas Saat Demo di DPRD Sultra, BEM Universitas Halu Oleo Tuntut Kapolri Tito Karnavian Dicopot

28 September 2019
Pengurus BEM Universitas Halu Oleo, Kendari, tuntut Kapolri Tito Karnavian dicopot dari jabatannya.

Pengurus BEM Universitas Halu Oleo, Kendari, tuntut Kapolri Tito Karnavian dicopot dari jabatannya.

RIAU1.COM - Sangat tragis dan menyedihkan. Dua orang mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari tewas saat demo mahasiswa yang bentrok dengan aparat Kepolisian di DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis lalu. 

Atas tragedi itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari menuntut Kapolri Jenderal Tito Karnavian dicopot dari jabatannya. 

Desakan ini muncul setelah dua mahasiswa tewas dalam aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD Sulawesi Tenggara.

Presiden BEM UHO Maco juga menuntut pencopotan Kapolda Sulawesi Tenggara Brigjen Iriyanto dan Kapolres Kendari AKBP Jemy Junaedi.

 

Para petinggi kepolisian ini dianggap tak cakap mengatur anak buahnya hingga korban dari mahasiswa berjatuhan.

"Salah satu tuntutan kami yakni kami mengecam keras pernyataan Kapolri. Kemudian copot dan ganti Kapolri karena ada banyak polda-polda dan Kapolda yang melakukan tindakan represif ke rakyat dan juga mahasiswa," kata Maco saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Jumat (27/9).
 

"Kami menyerukan copot dan ganti Kapolda Sultra, dan copot juga ganti Kapolres Kota Kendari," tambahnya.

Dua mahasiswa UHO menjadi korban penanganan represif aparat terhadap unjuk rasa di Gedung DPRD Sultra pada Kamis (26/9). Immawan Randi, mahasiswa semester tujuh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan meninggal dengan luka tembak di dada kanan.

Sementara Yusuf Kardawi meninggal Jumat (27/9) pagi setelah menjalani operasi akibat cedera serius di bagian kepala.

"Kami di Universitas Halu Oleo sedang berduka, nanti sore hingga malam kami akan melakukan long march di dua Fakultas yakni Perikanan dan Fakultas Program Pendidikan Vokasi. Sebelum itu kami salat gaib dulu, doa bersama, dan bakar lilin di dua fakultas," tutur Maco.

Selain korban meninggal, mengutip data Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UHO Maco mengungkapkan ada pukulan korban lain yang luka-luka. Sebagian besar kata dia, menderita luka akibat pukulan.
 

"Ada dua orang luka berat, tiga orang bocor di bagian kepala, satu orang patah lengan bagian bawah, tiga orang pingsan, satu orang cedera lengan kiri, satu orang cedera bagian dada kiri, 21 orang sesak nafas, 35 orang luka ringan pada bagian wajah, kaki dan tangan, dan selebihnya penanganan terhadap korban gas air mata," kata Maco.

Ia menambahkan, intimidasi dan tindakan represif aparat tak akan menyurutkan langkah mahasiswa mengawal tuntutan aksi. Maco bahkan menyatakan tengah mempertimbangkan untuk menjajaki jalur hukum.

"Bukan hanya aksi tapi melalui jalur hukum juga akan kami tempuh. Kami bersama kawan-kawan dari fakultas hukum juga sedang mendiskusikan kemungkinan menempuh jalur hukum," tutur dia.

Kendati ia belum merinci langkah seperti apa yang akan diambil. "Kami masih berkoordinasi," sambung Maco.

Selain mendesak pencopotan sejumlah petinggi kepolisian, ia menyatakan tetap akan menyampaikan tuntutan awal di antaranya penolakan revisi Undang-Undang KPK dan RUU bermasalah lainnya, penuntasan kasus kebakaran hutan dan lahan, penghentian kekerasan di Papua dan pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual serta RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak menjawab perihal evaluasi kinerja Kapolri Jenderal Tito Karnavian menangani penanganan aksi demo mahasiswa di sejumlah daerah beberapa hari ini.

Dalam aksi di beberapa daerah, termasuk Jakarta, mahasiswa dan pelajar mengalami tindakan represif dari aparat kepolisian.

Terbaru, dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Himawan Randy (21) dan Muh Yusuf Kardawi (19). Mereka berdua tewas saat demo mahasiswa bentrok dengan polisi di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara.
 

Ia mengatakan telah memberikan instruksi agar tidak represif kepada mahasiswa yang turun ke jalan.

"Sekali lagi tadi saya sudah sampaikan bahwa dalam menangani demo tidak represif, karena berdemonstrasi menyampaikan pendapat dan itu dijamin konstitusi," kata Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (27/9).

 

Saat disinggung instruksinya tak dijalankan oleh jajaran kepolisian, Jokowi menjawab diplomatis.

"Kan, menyangkut ribuan personel, ribuan personel di seluruh tanah air," ujarnya.

Menurut Jokowi, terkait meninggalnya dua mahasiswa di Kendari, dirinya sudah meminta polisi melakukan investigasi. Ia pun meminta semua pihak untuk tidak menebak-nebak insiden yang membuat dua mahasiswa tewas.

"Sampai sekarang tidak dan belum, yang menembak itu juga belum (diketahui). Jadi jangan ditebak-ditebak lebih dulu sebelum investigasi selesai," ujarnya.

R1. Hee.