Riau Diselimuti Kabut Asap, Begini Tips Mencegah Penyakit ISPA Akibat Karhutla

Riau Diselimuti Kabut Asap, Begini Tips Mencegah Penyakit ISPA Akibat Karhutla

17 September 2019
Ilustrasi mahasiswi Universitas Riau pingsan saat demo kabut asap di depan Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru, beberapa hari lalu.

Ilustrasi mahasiswi Universitas Riau pingsan saat demo kabut asap di depan Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru, beberapa hari lalu.

RIAU1.COM - Kabut asap tebal masih selimuti Provinsi Riau  akibat kebakaran hutan dan lahan.

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak hanya terjadi di Riau.

Tetapi juga di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan memiliki dampak negatif yang pada akhirnya dapat mengancam jiwa.

Seperti dilansir bisnis.com, Selasa, 17 September 2019, korban karhutla yang terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sudah mencapai ratusan ribu orang mulai dari orang dewasa hingga anak-anak.

 

Dikutip dari Lung Association, beberapa gejala awal yang ditimbulkan dari ISPA di antaranya mata iritasi, flu, sakit kepala, sesak di dada, batuk hingga alergi yang diperparah.

“Untuk tingkat masyarakat sesuai saran (pencegahannya) antara lain kurangi paparan dengan mengurangi aktivitas luar rumah, menggunakan masker, cukup minum air (sedikit tapi sering) dan tingkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang sehat dan vitamin,” ujar Elisna Syahruddin, spesialis paru dari RS Persahabatan, kemarin. 

Elisna berujar kelompok berisiko tinggi yakni penderita penyakit paru kronis seperti penderita PPOK (penyakit paru obstruktif kronis), asma berat, dan sebagainya disarankan keluar daerah yang terpapar kabut asap.

“Kalau pengobatan serahkan ke dokter karena tergantung pada masalah yang mungkin tidak sama pada pasien,” terangnya.

Dikutip dari siaran pers Kemenkes, korban karhutla diharapkan memanfaatkan pos kesehatan seperti puskesmas yang beroperasi hingga 24 jam di sekitar daerah paparan kabut asap.

 

Ruang evakuasi juga tersedia di seluruh puskesmas yang sudah disiagakan selama 24 jam. Selain itu, rumah sakit di beberapa daerah tersebut juga harus menyediakan ruangan evakuasi yang aman jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

R1/Hee