Putra Petani Asal Klaten Ini Dapat Beasiswa S-2 Dari Lima Universitas di Taiwan Sekaligus
Andreas Rony Wijaya memperlihatkan surat beasiswa dari Taiwan didampingi kedua orang tuanya.
RIAU1.COM - Putra petani asal Klaten ini patut menjadi contoh bagi generasi muda.
Orang tua nya tentu saja bangga.
Juwari, 57, seorang petani asal Desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten, patut berbangga. Anak sulungnya, Andreas Rony Wijaya, bakal menempuh S2 di luar negeri dengan beasiswa.
Tak tanggung-tanggung alumnus jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mendapat beasiswa kuliah S2 langsung dari lima universitas di Taiwan.
Kelima universitas itu yakni National Sun Yat Sen University, National Dong Hwa University, National Chiao Tung University, National Chung Hsing University, serta National Chiayi University.
Andreas memilih mengejar gelar master di Institute of Statistics National Chiao Tung University.
“Saya memilih di Chiao Tung karena peringkatnya paling bagus dibanding empat universitas lainnya. Universitas itu masuk di peringkat kedua universitas se-Taiwan. Riset yang dilakukan di sana juga menarik,” kata Andreas saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Minggu (25/8/2019) siang.
Keluarga Andreas tinggal di Dukuh/Desa Sidowayah, RT 002/RW 001, Kecamatan Polanharjo.
Akses menuju rumahnya melalui gang sempit antara dua rumah yang hanya cukup untuk dilintasi satu sepeda motor sebelum sampai di halaman rumah.
Andreas merupakan sulung dari dua bersaudara.
Ayahnya, Juwari, 57, bekerja sebagai petani dan buruh tani dengan penghasilan per bulan berkisar Rp800.000-Rp1 juta. Ibunya, Sri Tentrem Rahayu, 54, merupakan ibu rumah tangga.
Semasa sekolah, Andreas dikenal berprestasi di kelasnya. Pemuda kelahiran 30 Mei 1996 itu pernah menjadi siswa di SDN 2 Sidowayah, SMPN 2 Polanharjo, serta SMAN 1 Wonosari Klaten, sebelum kuliah di MIPA UNS.
Pendidikan di UNS sejak 2014 lalu juga ditempuh dengan beasiswa Bidikmisi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Pilihan saya di jurusan matematika karena dari SD sampai SMA memang minat saya di matematika. Saya tertantang dengan analisisnya dan penasaran seperti apa matematika itu ketika diterapkan di dunia nyata,” kata Andreas.
Semasa kuliah, 24 piala dia raih melalui berbagai ajang lomba ilmiah.
Prestasi itu seperti juara 1 lomba Esai Nasional Matematics Festival HIMMA Universitas Sriwijaya serta juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Matriks UMM Malang.
Andreas pun pernah selama 10 hari berkeliling ke sejumlah kota di Indonesia untuk mengikuti berbagai lomba matematika.
“Dari Solo ke Lampung untuk lomba esai nasional. Berlanjut ke Bangka Belitung dan kembali lagi ke Solo. Pulang sehari setelah itu berangkat lagi ke Malang untuk ikut lomba. Dari 10 hari itu dapat dua piala,” ungkapnya.
Andreas resmi menyandang gelar sarjana pada Juli 2018 dengan nilai indeks prestasi komulatif (IPK) 3,31.
Demi meraih cita-cita menjadi dosen atau profesor di bidang statistik, Andreas bertekad mendapatkan beasiswa pascasarjana.
Perjalanannya meraih beasiswa tak mulus. Awalnya, Andreas tak lolos setelah mengajukan beasiswa di salah satu universitas di Taiwan yakni National Central University.
Tak patah arang, Andreas mencoba lagi. Penguasaan bahasa asing menjadi kendala utamanya meraih beasiswa.
“Setelah itu saya belajar TOEFL. Saya les selama setengah bulan cari yang murah-murahan saja. Saya lebih banyak belajar secara mandiri. Akhirnya dari pertama nilai TOEFL 460 menjadi 570,” kata dia.
Kabar gembira diterima Andreas pada Mei-Juni lalu atau saat Ramadan hingga setelah Lebaran. Surat elektronik serta pengumuman lolos beasiswa dari lima universitas dia terima secara beruntun.
“Sebenarnya saya mengajukan ke enam universitas. Namun, yang lolos lima universitas,” jelas Andreas.
Keberangkatan Andreas untuk menempuh pendidikan pascasarjana di Taiwan kini tinggal menunggu hari. Andreas bakal memulai petualangannya di Taiwan pada awal September mendatang.
Dia sudah menjalin komunikasi dengan orang Indonesia yang menempuh pendidikan di Taiwan hingga belajar bahasa Mandarin. “Rencananya berangkat pada Sabtu [31/8/2019],” katanya.
Tekad Andreas mendapatkan gelar master tak lain untuk meningkatkan derajat keluarganya.
Andreas memegang prinsip selama bersungguh-sungguh pasti ada jalan.
“Saya anak petani. Walau ada keterbatasan terutama faktor ekonomi, bukan berarti terbatas untuk berkarya. Selama yakin, bersungguh-sungguh, tekad kuat, serta menyerahkan semua hasilnya kepada Allah, pasti ada jalan,” kata Andreas, seperti dilansir bisnis.com, Senin.
Ayah Andreas, Juwari, mengatakan anak sulungnya sejak lama bercita-cita menjadi dosen atau profesor. Demi cita-cita itu, Andreas memilih tak menerima panggilan untuk mengikuti seleksi pegawai di sejumlah BUMN seusai lulus kuliah.
Begitu pula ketika Juwari meminta Andreas mengikuti seleksi CPNS. “Sebenarnya tidak minat ikut CPNS namun saya dorong. Akhirnya ikut tanpa persiapan apa pun. Hasil tesnya, dia tetap peringkat pertama meski tanpa belajar. Namun, dia tidak lolos karena ada salah satu mata uji itu yang nilainya kalah,” jelas Juwari.
Juwari menjelaskan sejak kecil dia menanamkan sikap disiplin serta rajin beribadah kepada Andreas.
Hal itu pula yang dia tanamkan ke putra bungsunya, Rizky Yurido, 20, yang kini menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang (Unes).
R1/Hee