Salah satu terminal minyak dan gas milik Pertamina. Foto: Istimewa.
RIAU1.COM -Integrated Terminal Tanjunguban juga telah dilengkapi buffer zone sebagai jarak aman antara area operasional dengan pemukiman warga sepanjang 1.675 meter. Buffer zone tersebut berisi hutan dan rawa seluas 205 Hektare (Ha) atau 83 persen dari luas area.
Hal ini diungkapkan Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina International Shipping (PIS) Muhamad Resa, Minggu (28/7/2024).
"PT Pertamina Energy Terminal (PET) juga telah memasang Lightning Protection System sebanyak 18 titik di seluruh area operasional. Berbagai bentuk keamanan ini kami terapkan," katanya.
Terminal Tanjunguban memiliki peran vital sebagai penyangga ketahanan energi nasional. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk dukungan PT PIS terhadap kesejahteraan pekerja dengan standar HSSE global yang dicapai pada 2023 dengan zero fatality (nihil korban jiwa) dan 40,5 juta jam kerja aman.
Integrated Terminal Tanjunguban memiliki luas lebih dari 250 Ha dengan kapasitas penyimpanan sebesar 402.413 kiloliter (KL) untuk bahan bakar minyak dan 93.500 Metric Tons (MT) untuk LPG. Terminal Tanjunguban memiliki tujuh dermaga yang bisa menampung kapal-kapal berukuran antara 600 hingga 100.000 DWT (beban angkut kapal).
"Dermaga-dermaga ini untuk distribusi bahan bakar minyak dan LPG hingga kapal kargo lainnya yang dapat dilakukan secara efisien," jelas Resa.
Integrated Terminal Tanjunguban menjadi satu dari enam terminal energi strategis yang dikelola oleh PIS melalui PET. PET mengelola beberapa terminal utama di Indonesia, antara lain Terminal LPG Refrigerated Tanjung Sekong (Banten), Fuel Terminal Pulau Sambu (Kepulauan Riau), Fuel Terminal Kotabaru (Kalimantan Selatan), Fuel Terminal Baubau (Sulawesi Tenggara), dan Terminal LPG Refrigerated Tuban (Jawa Timur).