
Ilustrasi/Pexels.com
RIAU1.COM - Ketahanan keluarga menjadi salah satu persoalan sekaligus tantangan. Dewasa ini, fakta makin maraknya anak remaja yang mengalami penyimpangan seksualitas menjadi pekerjaan rumah yang harus dicarikan solusinya.
"Pentingnya parenting atau pendidikan dalam pengasuhan bisa menghindari anak dari pergaulan yang salah atau menyimpang. Remaja yang memasuki fase pencarian jati diri, sering terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang ini," kata Konselor Keluarga, Suryani yang dimuat Batampos belum lama ini.
Suryani menyebutkan, setiap tahun perkembangan LGBT di Batam mengalami peningkatan. Di tahun 2016 lalu, terdapat sedikitnya 3.000 orang, yang tergabung di komunitas ini, dan yang paling banyak di Batam.
"Perilaku atau gaya hidup yang menular ini menjadi tantangan bagi orangtua dalam menyiapkan generasi berikutnya, bahkan sejak lahir. Melihat perkembangan kasus penyimpangan seksualitas yang semakin tumbuh ini, mengundang kekhawatiran dan keprihatinan dari orangtua," sebut dia.
Banyak kasus yang terjadi, orangtua sebut dia lagi, tidak mengetahui perkembangan seksualitas anak mereka. Anak- anak generasi sekarang memiliki akses yang luar biasa, dan berbeda dengan jaman dulu.
“Sekarang kalau komunikasi dengan anak, tidak bisa lagi pakai bahasa “ibu dulu nak,” karena jamannya berbeda,” kata dia.
Tantangan menjadi orangtua kini terasa lebih berat. Perilaku menyimpang ini., sebenarnya bisa dicegah. Menurut mantan anggota DPRD Provinsi Kepri ini, pertama kuncinya ada pada orangtua. Pola asuh adalah hal yang utama. Kenalkan anak mengenai seksualitas mereka. Anak perempuan diberi kesempatan dekat dengan ayah, begitu juga dengan anak lelaki juga harus dekat dengan ibu.
“Indonesia ini julukannya fatherless. Ada bapaknya, tapi jiwanya tidak ada. Banyak kasus ini juga melatarbelakangi anak salah dalam mengenali seksualitas mereka,” ujarnya.
Orangtua bisa memulai langkah pencegahan, agar anak- anak mereka berada di jalur yang sebenarnya, dan sesuai dengan gender mereka. Ketahanan keluarga sangat penting, dan tidak bisa lepas dari peran ayah dan ibu dari rumah.
Perilaku menyimpang ini bahkan sudah masuk pada sekolah- sekolah berasrama. Kemudahan akses informasi dari internet juga turut mendorong anak-anak jadi kesulitan mengenali seksualitas mereka.
Orangtua bisa memulai pendidikan identifikasi seksualitas sejak kecil. Misalnya menjelaskan bagian tubuh mereka, perubahan yang terjadi pada tubuh, termasuk seksualitas mereka.
“Jika lelaki harus memiliki rasa suka terhadap perempuan, begitu juga sebaliknya.Identifikasi yang jelas, ini yang paling penting sedini mungkin. Sehingga orangtua bisa mengenali orientasi seksual mereka dengan benar,” ungkapnya.
Harus diakui, untuk saat ini banyak orangtua yang tidak memiliki perhatian dan sering abai betapa pentingnya identifikasi seksualitas ini. Banyak orangtua yang memiliki keterbatasan dalam penyampaian edukasi seks sedini mungkin.
Berdasarkan pengalaman, banyak ditemukan anak- anak yang kurang perhatian di rumah tangga, juga menjadi salah jalan, termasuk dalam mengelola orientasi seksual mereka. Anak berusaha mencari sosok atau hal yang membuat mereka penasaran. Rasa terabaikan di keluarga juga mendasari mereka salah mengenali diri mereka.
“Ini harus menjadi perhatian dari orangtua. Kesadaran menjalani peran orangtua saat ini berbeda dengan dulu. Perkembangan teknologi juga membuat penyebaran paham ini meluas. Di tambah peran publik figur yang memberikan contoh. Jadi anak ini melihat role model mereka di dunia luar, karena di rumah tak didapatkan,” bebernya.*