Tersangka pencurian sepeda motor, AM/Batamtoday.com
RIAU1.COM - Tersangka pencurian sepeda motor, AM mendapat kesempatan setelah kasusnya diselesaikan melalui mekanisme Restorative Justice (RJ).
Keputusan ini menjadi langkah humanis yang dipilih oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Batam untuk mengedepankan penyelesaian masalah secara damai dan mendidik, tanpa perlu melibatkan hukuman penjara.
Kasus ini bermula pada Agustus 2024, ketika Andreas menemukan kunci motor di kawasan perusahaan Industri Wirajara, Kabil.
Ia mencoba mencocokkan kunci tersebut dengan sejumlah motor di lokasi hingga berhasil membawa kabur sebuah Yamaha Vixion bernomor polisi BP 4802 OH.
Walaupun motor tidak sempat dijual, korban Mikael melaporkan kasus ini ke polisi, dengan total kerugian mencapai Rp13 juta.
Kepala Kejaksaan Negeri Batam, Kasna Dedi, mengungkapkan bahwa kasus ini memenuhi syarat penyelesaian melalui keadilan restoratif.
Dalam musyawarah yang dilakukan, korban Mikael memutuskan untuk memaafkan Andreas tanpa syarat. Hal ini menjadi dasar penting bagi Kejaksaan untuk menghentikan penuntutan.
Menurut Kajari, Andreas terpaksa mencuri motor karena desakan ekonomi. Sebagai bentuk penyesalan, ia bersedia menjalani kegiatan sosial berupa membersihkan gereja selama satu bulan secara sukarela.
Kejaksaan menilai langkah ini dapat memberikan efek jera sekaligus membuka peluang bagi Andreas untuk memperbaiki diri.
"Karena dia seorang nasrani, kami menyarankan aktivitas yang sesuai dengan keyakinannya. Kegiatan ini dilakukan tanpa paksaan," ujar Kasna Dedi, Kamis (23/01/2024) yang dimuat Batamnews.
"Kami berharap langkah ini bisa menjadi pelajaran bagi tersangka, sekaligus mengurangi beban rutan dalam menangani kasus-kasus ringan seperti ini," tambah Kasna.
Kejaksaan Negeri Batam berkomitmen untuk terus mengedepankan solusi konstruktif, terutama untuk kasus-kasus yang dipicu oleh permasalahan ekonomi.
Kejaksaan juga tengah merancang kerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan keterampilan kepada pelaku tindak pidana ringan.
"Daripada hanya menghukum, kami ingin menciptakan peluang kerja atau pelatihan yang lebih bermanfaat bagi mereka. Ini juga bisa membantu mengurangi tingkat kejahatan kecil akibat tekanan ekonomi," jelas Kasna.*