Demam Babi Afrika, Batam Tidak Ekspor Lagi Babi ke Singapura

15 Mei 2023
Ilustrasi/net

Ilustrasi/net

RIAU1.COM - Singapura telah memutuskan untuk menutup impor produk babi dari Indonesia, khususnya dari Pulau Bulan, Batam, karena adanya penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Dirjen Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi yang dimuat Batamnews mengungkapkan bahwa Singapura menolak masuknya produk babi hidup, daging, dan karkas (daging dengan tulang) dari Batam.

"Singapore Food Agency masih melarang sementara impor babi hidup, karkas babi, dan daging babi dari Indonesia," ungkap Didi seperti dikutip CNBC Indonesia pada Senin (15/5/2023).

Kebijakan Singapura ini memberikan dampak besar bagi Indonesia, dengan kerugian devisa negara mencapai ratusan miliar rupiah. 

Didi mencatat bahwa ekspor babi hidup pada tahun 2022 mencapai US$58,8 juta atau sekitar Rp852,6 miliar (dengan kurs Rp14.500). Selama ini, Indonesia telah menguasai 15% pasar babi di Singapura.

"Pada Januari hingga Februari 2023, ekspor babi hidup mencapai US$11,8 juta (sekitar Rp171,1 miliar)," tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) telah mengungkapkan bahwa peternakan babi di Pulau Bulan, Batam, telah dinyatakan bebas dari virus African Swine Fever sejak tahun 2019. 

Namun, saat ini Kementerian Pertanian sedang melakukan investigasi terkait virus tersebut pada babi di Batam.

Wisnu Wasisa Putra, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Barantan, menjelaskan bahwa virus ASF telah masuk ke Indonesia sejak tahun 2019, dengan Medan sebagai wilayah pertama yang terkena dampak virus tersebut. Namun, Pulau Bulan pada saat itu dianggap bebas dari virus ASF.

Wisnu menyampaikan bahwa Kementan secara berkala melakukan pengujian untuk memastikan kebebasan dari virus ASF pada babi. Beberapa persyaratan meliputi keamanan lingkungan dan pengujian tes pada babi.

Selain itu, Kementan telah memberikan obat antibodi kepada babi-babi sehat di Batam untuk mencegah penyebaran virus demam babi Afrika.

Wisnu menegaskan bahwa karena penyebaran virus ASF masih terbatas pada satu lokasi dan belum menyebar ke wilayah lain, belum bisa dikategorikan sebagai wabah.

"Ini bukan wabah, karena ini terjadi hanya di satu tempat. Penularan hanya terjadi antar babi," tutur dia.*