BLK Batam Diresmikan, Pengangguran Terbuka Diharap Berkurang

11 Juli 2024
Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah tinjau BLK Kota Batam

Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah tinjau BLK Kota Batam

RIAU1.COM - Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah meresmikan gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Batam di Kabil, Nongsa, Batam Rabu (10/7). 

Menteri Ida Fauziyah menandakan dibukanya gedung latihan pekerja tersebut untuk mendukung Sumber Daya Manusia (SDM) siap saing di segala sektor industri.

Ida mengatakan Kemnaker melakukan 6 hal atau yang dikenal dengan strategi 6R, yaitu reformasi kelembagaan, redesain substansi pelatihan, reorientasi SDM, relationship, rebranding, dan revitalisasi. Menurutnya hal tersebut sesuai dengan kebutuhan industri saat ini, yaitu industri 4.0.

“Beruntung BLK ini ditengah kawasan industri, sehingga 6 kebutuhan itu bisa tercukupi dengan hadir di tengah industri. Pendidikan dan pelatihan vokasi harus sesuai dengan industri,” kata Menteri Ida yang dimuat Batampos.

Ia menjelaskan, untuk mengetahui kesesuaian tersebut, dirinya berharap pihak industri dapat mengambil bagian dalam pelatihan vokasi yang ada di BLK Batam.

“Kalau sudah terbangun sinergitas seperti ini saya kira tingkat pengangguran terbuka karena tidak cocoknya dengan pelatihan vokasi bisa diatasi,” ujar dia.

Berdasarkan data statistik, sambung Ida, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia per Februari 2024 yaitu 4,82 persen atau turun 0,63 persen jika dibandingan periode yang sama di tahun 2023.

“Itu tingkat pengangguran terendah sepanjang reformasi. Dengan hadir BLK ini kita akan turunkan lagi tingkat pengangguran terbuka,” ujar Ida lagi.

Lebih lanjut, Ida menjelaskan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia didominasi oleh kalangan pendidikan SMA/SMK karena tidak sesuai dengan pasar kerja yang tersedia.

“Di sisi lain kita masih mendapati pengangguran yang justru adalah mereka yang memiliki pendidikan yang lebih baik dibanding dengan SMP. Tingkat pendidikan menengah diploma 1 hingga 4, SMA/SMK mendominasi tingkat pengangguran terbuka. Ada 12 persen lebih SMA/SMK yang ternyata belum terselesaikan dengan pasar kerja yang tersedia,”papar dia.*