Balita Hilang saat Kecelakaan Speed Boat PMI di Karimun Kepri

9 Januari 2025
Evakuasi korban speed boat kecelakaan di Karimun/Foto: Lanal Karimun

Evakuasi korban speed boat kecelakaan di Karimun/Foto: Lanal Karimun

RIAU1.COM - Kecelakaan speed boat yang mengangkut Pekerja Migran Indonesia (PMI) non-prosedural di perairan Tanjungbalai Karimun Kepulauan Riau (Kepri) pada Ahad malam, 5 Januari 2025 lalu menyebabkan seorang balita perempuan berusia 2,5 tahun hilang.

Kecelakaan ini terjadi saat sembilan orang PMI mencoba kembali ke Indonesia melalui jalur ilegal dari Malaysia.

Balita malang tersebut diketahui dititipkan oleh ayahnya, yang masih berada di Malaysia, kepada tantenya, Na, untuk diantarkan kembali ke kampung halaman di Jawa Timur. Na menjadi salah satu korban selamat dalam peristiwa nahas ini.

Kejadian bermula saat sembilan orang dari Malaysia nekat kembali ke Indonesia melalui jalur tidak resmi menuju Tanjungbalai Karimun, pada Ahad 5 Januari 2025, sekitar pukul 23.00 WIB.

Menurut keterangan korban yang selamat kepada Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP4MI), kejadian bermula saat speed boat yang mereka tumpangi mengalami kerusakan mesin di tengah perjalanan. Mesin mati, dan gelombang laut yang kuat mulai memasukkan air ke dalam kapal.

"Kondisi kapal mati, gelombang kuat dan air laut masuk ke dalam kapal. Tekong kapal juga sempat kasih life jacket ke penumpang kapal, karena kapal perlahan mulai tenggelam," kata Koordinator BP4MI Kabupaten Karimun, Dani Nugraha yang dimuat Batamnews.

Selain itu, tekong kapal dan ABK juga berusaha untuk mengurangi beban kapal dengan membuang isi bahan bakar dari galon. Serta juga menggunakan galon minyak itu untuk pelampung untuk menopang salah satu balita yang juga ikut dalam rombongan.

Awalnya, balita itu juga ikut mengapung bersama Na yang merupakan tantenya tersebut. Bahkan, Na yang mengalami luka akibat tumpahan cairan BBM, tetap berusaha bertahan saat terombang-ambing sejak pukul 1.00 WIB dini hari.

Namun, dengan kondisi gelombang laut yang kian kuat dan tinggi, membuat sekujur badan Na menggigil dan kondisi N semakin melemah, hingga tanpa sadar pelukan Na kepada N terlepas.

"Mereka sempat berteriak minta tolong, namun kondisi laut gelap juga tidak ada yang melihat," ucapnya.

Dalam kondisi yang terluka dan trauma karena kehilangan keponakannya, Na masih dapat terus bertahan. Hingga akhirnya mendapat pertolongan dari kapal tanker yang melintas. 

"Hingga akhirnya mereka di tolong oleh kapal tanker yang melintas di lokasi sekitar pukul 9.00 WIB," ujarnya.

Dari sembilan orang penumpang, enam orang dinyatakan selamat meskipun sempat terombang-ambing di perairan Internasional selamai delapan jam.

Tiga orang hilang, satu korban merupakan bocah berusia 2,5 tahun. Dan dua orang lainnya merupakan tekong dan ABK yang hingga saat ini masih dilakukan upaya pencarian oleh Tim SAR gabungan. 

Saat ini, Na tengah menjalani rawat inap pasca operasi di RSUD Muhammad Sani akibat luka bakar tersiram Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite saat kejadian nahas tersebut.

"Kalau Basarnas terkait pencarian bocah 2,5 tahun. Sementara dari Polairud terkait kasusnya. Setelah itu baru kami pulangkan sembari menunggu Na dinyatakan sehat oleh dokter," ujarnya.*